Sejarah

Imaji Kekuasaan Indonesia: Benarkah Imaji DN Aidit Jawa adalaah Kunci?

Eksekusi putra Raja Amangkurat II dengan cara dicekik dan permaisuri serta para dayang-dayangnya di eksekusi dengan cara di lempar ke kandang macan yang tidak diberi makan selama berhari-hari.
Eksekusi putra Raja Amangkurat II dengan cara dicekik dan permaisuri serta para dayang-dayangnya di eksekusi dengan cara di lempar ke kandang macan yang tidak diberi makan selama berhari-hari.

Diakui atau tidak, masyarakat Jawa adalah salah satu etnis di Indonesia yang paling akrab sekaligus terpapar dengan kekuasaan. Bahkan banyak yang menyebut etnis ini yang terdalam terkena imbas —baik positif atau negatif— terhadapnya. Salah satunya adalah terlacak pada jejak budayanya.

Semenjak masa awal sekali, pada masyarakat Jawa Kuna, di wilayah yang menjadi pulau terpadat di dunia ini sudah ada kekuasaan yang eksis terorganisir dan terentang kuat sistematis. Di pulau yang kata Raffles tersubur di dunia karena dari puncak gunung hingga pesisir penuh makanan, air, dan ikan ternyata lekat sekali dengan tangan kekuasaan. Pengaruh asing pun sudah terindikasi lama sekali. Semenjak era terjadinya imigrasi besar-besaran manusia dari Benua Asia yang berada di sebelah utara (Asia belakang/ disebut sebut Yunan) ke arah selatan, maupun hingga masuknya agama Hindu dari anak benua India, hingga ke lompatan zaman berikutnya.

Pada masa awal Masehi (kadang disebut pada abad 4-5 Masehi) di Jakarta Utara atau kini di sekitar pelabuhan Sunda Kalapa, sudah tercatat ada kerajaan yang eksis. Jejaknya tercium pada Prasasti Tugu yang kini menjadi sebuah nama wilayah di dekat pelabuhan Tanjung Priok.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dalam prasasti itu berbicara banyak bagaimana kekuasaan dijalankan di wilayah ini. Bagaimana kekuasaan memberlakukan kehidupan keagamaan, bagaimana kekuasaan berusaha keras membuat makmur rakyat dengan menyodet sungai Candrabaga untuk keperluan irigasi sekaligus penanggulangan banjir, dan sebagainya. Di sini ada sosok penguasa bernama Purnawarman.

Keterangan foto:Prasasti tugu dengan huruf Palawa dan Sansekerta.Di Kutai Kalimantan Timur pada saat yang hampir bersamaan punya kerajaan dengan nama raja khas ‘Nusantara’ yakni Kudungga. Namun jejak seluk-beluk kekuasaannya belum terekam dengan baik di masa kini.

Sejarah lebih banyak bicara mengenai kekuasaan di Jawa daripada di Kalimantan atau Borneo (sejarah wilayah timur Indonesia ternyata masih dianggap serba gelap).

Di sini juga membenarkan tesis yang dipercaya sejak era Van den Bosch hingga DN Aidit: 'Jawa adalah konci' bagi kekuasaan di negeri kepulauan ini, meski Tan Malaka dan M Yamin kemudian lebih percaya Sumatra adalah masa depan Indonesia. Di sini Jawa memang semenjak zaman purba berkelindan dengan gelap terangnya kekuasaan penduduknya.