Budaya

Lebaran di Betawi: Likuran dan Taptu

Foto tiga pria Betawi tahun 1918, ada yang memegang papan lé, papan tulis kecil, bertuliskan Selamat 1 Sjawal.
Foto tiga pria Betawi tahun 1918, ada yang memegang papan lé, papan tulis kecil, bertuliskan Selamat 1 Sjawal.

Ada relief orang Arab di candi Borobudur, yang tak dapat dipastikan dari jazirah atau Afrika. Karena banyak Arab Afrika yang migrasi ke Indonesia.

Samara Tungga artinya desainer Samarkand yang merancang Borobudur. Sekitar 11 bangsa-bangsa yang migrasi diukir di dinding Borobudur. China dan India tak ada. Mereka: Persia, Egypt, Jepang, Maya, Indochina, Melayu, Arab, bangsa-bangsa Asia Tengah berhadlir disini.

Mereka mempengaruhi kebudayaan Indonesia vice versa.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Acara likuran seminggu sebelum lebaran pengaruh mana? Likuran peradaban Melayu.

Likuran bermakna semingguan. Likur artinya week/pekan. Seminggu sebelum lebaran di depan rumah orang-orang memasang obor. Sampai dengan akhir 1950-an di Jakarta acara likuran masih ada. Hilangnya acara ini karena rumah-rumah makin rapat.

Beberapa tahun lalu di Pekojan, Jakarta Barat, diadakan arak-arakan obor. Dalam kondisi Jakarta seperti ini memang bagusnya obor diarak saja. Saya tidak tahu apakah acara di Pekojan terkait likuran.

Tapi di Tangerang Selatan takbiran 1443 H ada pawai obor yang sampai tahun 1950-an disebut Taptu. Taptu sendiri artinya mau dapat.

Likuran dengan obor depan rumah tak mungkin kembali.

***Penulis: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi.