Syahbandar Sunda Kalapa Muhammad Kasim Alias Wa Item

Sejarah  
Pelabuhan Sunda Kelapa di sungai Ciliwung, Jakarta, tahun 1860.
Pelabuhan Sunda Kelapa di sungai Ciliwung, Jakarta, tahun 1860.

Wa Item orang Roa Malaka. Nama aslinya Muhamad Kasim. Istrinya tiga dari antero bangsa: Melayu Betawi, China, dan Portugis. Diketahui dari istri Portugis saja ia dapat keturunan dua anak satu orang laki-laki dan seorang perempuan.

Ia menguasai banyak bahasa. Dan dia pendiri silat aliran syahbandar.

Item dalam bahasa Betawi artinya jago.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Selaku syahbandar Sunda Kalapa nama Wa Item naik daun pada tahun 1518 ketika ia bersama Mundari patih Majakatera dan Samyan, kepercayaan Prabu Siliwangi sebagai avalis, ke Malaka jumpa Laksmana Portugis d'Albuquerqe untuk mengundang investasi Portugis membangun labuhan Kalapa II karena labuhan Kalapa I Kali Adem diterjang rob.

Perundingan berjalan sebanyak tiga kali pertemuan dalam 3 tahun dan pada 21 Agustus 1521 perjanjian ditéken oleh para pihak termasuk Wa Item dan Mundari.

Pada tahun 1522-1540 pembangunan Sunda Kalapa berproses meliputi daerah Pasar Ikan dan Kota Inten.

 Pelabuhan Sunda Kelapa di sungai Ciliwung, Jakarta, tahun 1859. Lukisan: Charles Theodore Deeleman.
Pelabuhan Sunda Kelapa di sungai Ciliwung, Jakarta, tahun 1859. Lukisan: Charles Theodore Deeleman.

Suatu pembodohan publik kalau Pemda DKI Jakarta dari masa ke masa claim 1527 sebagai tahun kelahiran Jakarta. Mungut dari mana 'ni tahun? Jakarta dalam proses pembangunan 'tu jaman Oom.

Memang setelah pembangunan rampung pada tahun 1540 ada orang nama Pate Hila dan teman-temannya membakar Pasar Pisang, tapi mereka ditumpas Wa Item dan pasukannya zonder pardon,alias tanpa ampun. Dalam luka Pate Hila lari ke Cirebon lalu tewas (re: Babad Tjirebon).

Di hari tua pasca tugas Wa Item melatih silat di Wanayasa, Purwakarta. Perguruan silat yang didirikannya masih berfungsi hingga sekarang.

Golok mas dan sarungnya juga mas milik Wa Item ia serahkan pada sahabatnya Prabu Geusan Ulun, Sumedang. Golok dan sarungnya itu kini di museum Sumedang.

*** Penulis: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image