Dasima: Bini Piara Bule Inggris di Batavia yang Tragis
Salah satu skandal seksual terheboh yang menimpa pejabat adalah terjadi pada salah satu orang penting yang ada di lingarkan dalam pemerintahan Raffles, yakni Edward William. Dia terlibat kasus pembunuhan dengan salah satu perempuan piaraannya, Nyai Dasima.
Adanya kasus ini, maka gegerlah penduduk Kota Batavia. Tak hanya menjadi perbincangan yang meluas dari mulut ke mulut, koran-koran yang terbit pada saat itu juga memuatnya. Sejarawan Betawi, JJ Rizal, mengatakan, kisah atau cerita “Nyai Dasima” itu merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi. Dan, mereka yang terlibat di dalam cerita ini juga bukan tokoh rekaan.
Para pelakunya adalah benar-benar ada. Bahkan, masih bisa ditelusuri, yakni di sepanjang Sungai Ciliwung yang membentang dari Kampung Kwitang hingga Pejambon, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. ‘
’Kisahnya benar-benar terjadi. Arsip koran-koran Belanda yang terbit saat itu, yakni sekitar tahun 1811, memang menuliskan kasus pembunuhan itu. Rumah teman William konon kini menjadi kementerian luar negeri Pejambon. Dan, jembatan yang menjadi tempat tersangkutnya mayat Nyai Dasima setelah dibacok orang suruhan William, yakni Bang Puase, juga masih ada. Letak jembatan itu tak jauh dari gedung kementrian luar negeri dan kementerian agama sekarang,'' kata Rizal.
Dari Mana Gundik Batavia Berasal?
Rizal mengakui, bila dirunut, praktik “nyai” atau pergundikan di Batavia dimulai dari kedatangan para pegawai VOC di Nusantara sekitar 1600. Mereka datang tanpa disertai istrinya. Bahkan, dalam masa yang panjang meski banyak lelaki Eropa yang tinggal di Batavia, di kota ini tak bisa ditemukan perempuan Eropa.
Akibatnya, urusan rumah tangga hingga pemenuhan kebutuhan seksual dari para pejabat kolonial yang kebanyakan datang dengan status masih lajang itu digantikan perannya oleh orang Asia. “Nah, salah satunya, ya terjadi pada Nyai Dasima itu. Dia diambil oleh Tuan William dari sebuah perkebunan yang berada di pinggiran Jakarta, yakni Kampung Kuripan,’’ katanya.
Menurut Rizal, pada awalnya memang tidak ada orang Jawa yang menjadi nyai. Para perempuan ini didatangkan dari daerah kolonial lain, seperti India, Sulawesi, Filipina, juga Sulawesi dan Bali.
Mengapa demikian? Ini karena para pejabat VOC khawatir mereka akan terkena sabotase bila mempunyai gundik yang berasal dari Jawa.