Agama

Haji Jap A Siong: Para Tionghoa Pelanjut Dakwah Islam

 Haji Jap A Siong, tengah.
Haji Jap A Siong, tengah.

Jap A Siong, begitu biasa namanya disebut pandiri Persatuan Islam Tionghoa pada tahun 1936 di Medan. Kemudian hari PIT menjadi PITI dengan tambahan Indonesia.

Saya tahu Jap A Siong saat ia ceramah Islam di Sawah Besar tahun 1960-an dalam bahasa Tionghoa. Saat itu usianya 70-an. Jap A Siong jarang terlihat ngobrol-ngobrol. Ia bicara seperlunya.

Rekan seperjuangannya asal Bengkulu Haji Abdul Karim Oei Tjeng Hin.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ada yang dari Bengkulu juga Mr Johan Muhamad Thay. Johan aktivis Jong Islamieten Bond yang pada 28 Oktober 1928 ikut tanda tangan Sumpah Pemuda atas mandat Ketua JIB waktu itu Mr Kasman. Ini keterangan Mr Kasman kepada saya.

Terkait dengan tema ini perlu disebut nama admiral Cheng Ho yang diyakini sebagai penyebar Islam di Indonesia . Cheng Ho bertugas mencari kapal dagang Tiongkok yang ditenggelamkan bajak laut pada tahun 1401.

Tidak jelas seberapa sukses missi Cheng Ho di laut. Tapi sejak 1970 ia diyakini sebagai penyebar Islam.

Menjadi pertanyaan dengan bahasa apa Cheng Ho dakwah. Kalau orang2 Arab jazirah dan maghribi, orang Asia minor sebelum ke Indonesia mereka bersinggah di zona2 econ dimana bahasa native setempat mengandung banyak persamaan dengan Melayu, misal Madagascar, Maldive, dan Malabar.

Kalau Cheng Ho da'wah berbahasa Tionghoa tentu seperti Haji Yap A Siong. Di tahun 1960-an saja mayoritas pengunjung tak paham.

Tokoh Islam Tionghoa generasi berikutnya Junus Jahja. Ia memimpin pembangunan mesjid di Jl Lautze, Jakarta Pusat. Pelanjutnya Ali Karim.

Perlu juga diingat nama pebulu tangkis wanita Verawati yang juga pernah aktif di lingkungan PITI.

Anton Medan juga pernah jadi Ketua PITI.

Lepas pernah aktif atau tidak di PITI, Felix Siauw sekarang termasuk da'i terkemuka..

Haji Jap A Siong memang perlu pelanjut.

*** Penulis: Ridwan Saidi, politisi senior, budayawan Betawi, sejarawan.