Ahlan Wa Sahlan, and Its Time Nearby?
Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi.
Seorang yang merasa amat berjasa bikin reformasi berujar, reformasi diselewengkan. Ada yang timpali, kembalikan reformasi pada relnya. Memang reformasi ada relnya, apa?
UUD 45 yang mereka vermakt hingga 4 x saja tak pernah diundangkan dalam Lembaran Negara.
Yang juga terjun ke kancah perubahan politik 1998 adalah ex Menkeu Orba Mar'ie Muhamad. Ia aktif bergerak bersama Buyung Nasution rubuhkan Pak Harto. Semangat 66 Mar'ie berkobar lagi. Tapi Pak Harto 'kan bukan Bung Karno.
Yang rubuhkan Pak Harto dari dalam Menteri Ginanjar Kartasasmita dan 13 menteri lainnya. Mereka mengundurkan diri dari kabinet.
Pada zaman atau era masa kini Menko Mahfud MD tak mengundurkan diri tapi menghajar pemerintah Jokowi dengan berbagai statemen yang keras.
Harmoko ketua DPR jelang Orde Baru bubar bersama pimpinan yang lain keluarkan statemen minta Pak Harto mundur, padahal sebelum Maret 1998 Harmoko keliling Indonesia dan pulang-pulang bawa semacam omongan kaya soal klaim tentang 'Big Data': seluruh rakyat Indonesia minta Pak Harto presiden lagi.
Ketua DPD LaNyala cuma kritik pemerintah terus hari demi hari. Lumayan sedikit-sedikit: menjadi bukit.
Surprise ketika Ginanjar Kartasasmita melancarkan kritik sangat keras kepada rezim Jokowi yang dikatakannya bukan saja oligarchis tapi juga kleptokrasi. Ukuran tangan kepanjangan. Kemudian tampil pula tokoh senior lain Sutiyoso alias Bang Yos yang kecam habis kebijakan rezim tentang TKA China.
Saya kenal baik dengan Bang Yos. Dengan Ginanjar saya dikenalkan teman sebangku saat saya duduk di kelas VI SR Taman Sari, namanya Agus Gurlaya Kartasasmita di rumah mereka di Taman Sari tahun 1954. "Wan, ini abang gue Johny." kata Agus. Johny panggilan Ginanjar.
Ginanjar dan Bang Yos rasanya jujur dengan pernyataannya itu. Ahlan wa sahlan, and the time nearby?