Ekspresi Mondial Santri Zaman Milenial: Kopiah Jazz Dhani dan Kopiah Bola Ozil
Semua pada akhirnya santri. Semua berkopiah!
Fenomena ini terjadi pada pekan-pekan terkahir bulan Syawal tahun 2022. Entah mengapa semakin banyak orang suka pakai kopiah. Bintang gocek bola Turki-Jerman Mezul Izul ketika shalat Jumat di Masjid Istiqlal mengenakan kopiah atau peci. Meski terlihat sedikit kebesaran Ozil saat itu sudah mirip anak-anak pesantren, madrasah, dan SD IT yang sehari-hari memakai peci. Kesan kampungan dan anak petani 'kamso' (come from ndeso) lenyap seketika. Santri dengan khas kopiahnya 'go intersional'.
Yang mengejutkan lagu, yakni ketika musisi Ahmad Dhani pakai pokiah kala manggung di Java Jazz Festival beberapa hari lalu. Dhani menabrak gambaran jazz yang kebarat-baratan, misalnya akrab pakai topi kulit ala cowboy Amerika kala tampil di klub-klub musik.
''Ini Jazz santri,'' seloroh Dhani ringan. Dia atas panggung sebelum menyanyi dia juga tampak menerangkan perbedaan kopiah santri dengan kopiah ala Turki. Kopiah satri, katanya lebih pendek. ''Beda dengan kopiah ala turki yang tinggi menjulang ke atas. Ini penutup kepala ala Indonesia."
Tapi apa pun makanyanya, kopiah kini sudah mendunia. Dan ini kabar semakin membakik, bahwa Islam Indonesia mendunia. Bahkan sudah menjadi identitas Indonesia sejak dahulu. Pakain resmi di Indonesia adalah pakai kopiah. Bahkan, tetangga-tetangga di kampung saya ada yang pergi ke gereja pakai kopiah.
Lalu apa dari mana asal usul kopiah? Jawabnya bisa mengacu pada dai kondang asal Jogjakarta, Ustaz Salim A Fillah, Melalui akun resminya di Instagram @salimafillah, dia berkisah tentang sejarah kopiah secara gasih.
Begini kisahnya Ustaz Salim:
Menurut Rozan Yunos dalam "The Origin of the Songkok or Kopiah" dalam The Brunei Times, 23 September 2007 menyatakan songkok diperkenalkan para pedagang Arab, yang juga menyebarkan agama Islam. Pada saat yang sama, dikenal pula serban atau turban. Namun, serban dipakai oleh para cendekiawan Islam atau ulama, bukan orang biasa.
"Menurut para ahli, songkok menjadi pemandangan umum di Kepulauan Malaya sekitar abad ke-13, saat Islam mulai mengakar," tulis Rozan Yunos.
Tetapi orang-orang Arab yang dipandang sebagai penyebar peci atau songkok di tanah Melayu malah meninggalkan tradisi itu. Sehingga pengamat sejarah berspekulasi soal keberadaan peci Indonesia.
Di beberapa negara Islam, sesuatu yang mirip songkok tetap populer. Di Turki, ada fez dan di Mesir disebut tarboosh. Fez berasal dari Yunani Kuno dan diadopsi oleh Turki Ottoman. Di Istanbul sendiri, topi fez ini juga dikenal dengan nama fezzi. Paling mendekati adalah fezzi, yang pelafalannya "pechi" mirip dengan peci di Indonesia.
Di Asia Selatan (India, Pakistan, dan Bangladesh) fez dikenal sebagai Roman Cap (Topi Romawi) atau Rumi Cap (Topi Rumi). Ini menjadi simbol identitas Islam dan menunjukkan dukungan Muslim India atas kekhalifahan yang dipimpin Kekaisaran Ottoman.
Namun bentuk peci agak berbeda. Pada bagian atas peci memilik lipatan jahitan lebih kaku dibanding penutup kepala dari negara-negara Arab. Karenanya, ada yang menyebut bahwa peci hasil modifikasi blangkon Jawa dengan surban Arab.
Konon, peci merupakan rintisan dari Sunan Kalijaga. Pada mulanya beliau membuat mahkota khusus untuk Sultan Fatah yang diberi nama kuluk yang memiliki bantuk lebih sederhana daripada mahkota ayahnya, Raja terakhir Majapahit Brawijaya V.
Kuluk ini mirip kopiah, hanya ukurannya lebih besar. Hal itu agar sesuai ajaran Islam yang egaliter. Raja dan rakyat sama kedudukannya di hadapan Allah. Hanya ketakwaan yang membedakan.