Politik

'Mendusin' Koalisi Ala Tabib: lndonesia Bersatu, Pas Berpeluang, Pas Cocok

Iklan tabib di media massa tahun 1960-an.
Iklan tabib di media massa tahun 1960-an.

Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Budayawan, dan Sejarawan.

Foto atas iklan majalah bulan September 1960. Jaman itu tabib sedang sohor-sohornnya. Di Sawah Besar ada tabib Fachrudin. Mengobati rupa-rupa penyakit. Tabib Fachrudin terkenal dengan promosinya:

"Nafsu besar tenaga kurang. Ibarat bubuk makan kayu..!"

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sepertinya ini promosi obat kuat.

Di Jatinegara ada Tabib Wahid Mawn. Juga mengobati rupa-rupa penyakit, tapi yang banyak diiklankan obat untuk gangguan saat wanita menapause (datang bulan). Gangguan ini disebut Datang Bulan Tidak Tjotjok/Cocok. Lihat foto atas.

Koalisi 3 parpol, Golkar, PAN, PPP, yang dinamakan Indonesia Bersatu justru pas datang kala peluang pas dan ocok. Peluang yang jelas bagi 3 parpol itu adalah Pilpres 2024.

Dalam malam silaturahmi mereka 4/6/2022 hadir Ical dan Akbar, Golkar, Hatta Rajasa, PAN, Luhut Panjaitan yang tidak berafiliasi ke parpol2 KIB tapi interest untuk berhadir. Dan Ketua Umum Pro Jokowi.

Assumed away dugaan pemilu batal, Koalisi Indonesia Bersatu bisa mencapres karena total kursi sekitar 130 tembus threshold. Tapi siapa capres dan cawapres mereka?

Kalau koalisi untuk menggolkan atau hadang sesuatu, suara mereka minim. Di luar mereka di DPR ada sekitar 430 vote. Di MPR? Andainya DPD ikut mereka semua vote baru 130 + 134 = 264. Koalisi masih kalah. Dukung capres partai lain? Artinya koalisi berkoalisi, donk.

Koalisi Indonesia Bersatu itu baru akan tampak serius karena mereka akan membuat ikatan tertulis. Tujuan keberadaan mereka baru dapat dilihat jernih setelah tanda tangan naskah koalisi.

Perkiraan bisa saja, mungkin mereka siap kawal Jokowi. Kalau memang seperti itu, yang seperti ini tiap era transisi biasa saja. Transisi era Orla ke Orba ada Barisan Soekarno yang bersemboyan: pejah gesang 'nderek Bung Karno. Hidup mati bersama BK.

Saat-saar jelang kejatuhannya Pak Harto gagal bentuk Dewan Reformasi karena Nurcholish Madjid menolak jadi Ketumnya.

Bisa saja KIB tidak seperti yang sudah-sudah.

Kecil kemungkinan partai-partai lain: PDIP Gerindra PKS PKB Nasdem Demokrat membuat koalisi serupa. Keenam partai pun kendor dalam bercapres ria. Kenapa ya? Orang juga sudah banyak yang mendusin (mengendus/mencium).