Masjid Kebayuran dan Jejak Penangkapan Buya Hamka dan Para Tokoh Masyumi

Agama  
Jamaah sedang mendengarkan khotbah dari imam Buya Hamka saat salat Idulfitri di halaman Masjid A-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta pada 15 September 1977. (perpusnas).
Jamaah sedang mendengarkan khotbah dari imam Buya Hamka saat salat Idulfitri di halaman Masjid A-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta pada 15 September 1977. (perpusnas).

Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Budayawan Betawi, dan Sejarawan.

Menulis dan menyebutnya memang kebayUran dari kata BayUr. Bukan BayOr seperti yang lazim sekarang. Bayur di sini adalah sejenis jati pterospermum javanicum. Ini jati ringan. Material untuk daun pintu dan jendela juga perahu dan kapal. Di tahun 1905 Belanda tebang 110 ribu batang bayur di Jawa.

Pembangunan Kebayuran dilakukan sejak tahun 1948 di jaman pendudukan Jakarta oleh NICA.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pembangunan dikelola oleh Centraal Stichting Wederopbouw CSW tahun 1948 hingga 1949, kemudian CSW lanjut sampai periode Wali Kota Jakarta Syamsurizal berakhir tahun 1953 di jaman NKRI.

Lahan untuk pembangunan mesjid sudah tersedia di Jl Sisingamangaraja. Pembangunan mesjid dilaksanakan panitia lokal dan selesai sebelum Dekrit Presiden pada tahun 1959.

Akhir 1950-an Buya Hamka berdiam di Jl Palatehan dekat mesjdid Agung Kebayuran. Begitu sebutannya. Jamaah mengangkat Buya sebagai Imam Besar masjid.

Buya Hamka memberikan khutbah Idul Fitri di Masjid Al Azhar pada 15 September 1977.
Buya Hamka memberikan khutbah Idul Fitri di Masjid Al Azhar pada 15 September 1977.

Suatu hari di awal 1960-an Syekh Al Azhar Machmud Syaltut dari Mesir ke Indonesia dan shalat Jumat di masjid Kebayuran. Buya minta Syekh memberi nama pada mesjid Agung Kebayuran. Syekh Syaltut menamakan Al Azhar.

Ketika Orde Lama dengan sokongan PKI makin keras berperilaku terhadap Islam di tahun 1962, ummat setiap Jumat dari mana-mana sembahyang di Al Azhar mencari kesejukan mendengar khutbah Buya Hamka. Saya pun bersepeda ke Al Azhar dari Sawah Besar yang berada di kawasan Jakarta Pusat.

Suatu hari di tahun 1963 jamaah tak lagi dapat mendengar khutbah Buya Hamka. Beliau ditangkap dan di penjara.

Di tahun itu seorang tokoh pejuang dan aktivis Masyumi Kyai Syam'un bikin hajatan di rumahnya di Kampung Mauk Tangerang putranya berkhitan. Tokoh-tokoh Masyumi yang hadir kala itu di antaranya Hamka dan Gazali Syahlan. Badan Pusat Intelejen yang dipimpin Subandrio mendakwa itu bukan hajatan tapi rapat gelap. Petugas BPI tangkap semua tokoh Masyumi yang ada di situ termasuk sahibul hajat Kyai Syam'un. Mereka dijebloskan di tahanan tanpa diadili. Tahanan politik itu juga disiksa. Saya bezoek Gazali Syahlan di tenpat tahanannya di Cipanas. Ia disiksa, mulutnya distroom.

Seluruh tahanan politik baru hirup udara bebas setelah terbit Orde Baru tahun 1966.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image