40 Tahun Perang Malvinas: Dari Obsesi Galtieri Sampai Pidato Retoris Diego Maradona

Sejarah  

Falklands, Malvinas, dan Obsesi Galtieri

Perang Malvinas tidak dimulai saat tentara Argentia menginvasi pulau milik Inggris itu. Segalanya dimulai dengan kudeta militer 1976, dan pembentukan kediktatoran brutal yang mengawasi penurunan ekonomi dan penindasan para pembangkang.

Tahun 1981 Argentina diperintah Jenderal Leopoldo Galtieri, yang menurut sejarawan Rusia Evgeny Norin, seorang pemimpin tidak konsisten, terlalu berbakat, dan memutuskan sesuatu berdasarkan refleksi singkat, yaitu mendapatkan dukungan rakyat melalui kampanye militer yang sukses.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sasaran ambisius Galiteri adalah pulau-pulau di Atlantik Selatan. Salah satunya sebuah pulau yang mereka sebut Malvinas. Pulau itu adalah milik Inggris sejak 1883, dan diberi nama Falklands.

Falklands dan pulau-pulau lain di Atlantik Selatan sejak lama menjadi wilayah sengketa, karena diklaim Kerajaan Spanyol dan Inggris. Argentina mewariskan sengketa atas pulau ini dari Kerajaan Spanyol, meski sejarah konflik relatif terlupakan pada 1980-an.

Galtieri mengekstrak sengketa teritorial ini dari catatan sejarah. Januari 1982, militer Argentina menyusun rencana invasi. Galtieri berharap merebut pulau-pulau itu dengan cepat dan tanpa pertumpahan darah dari kedua pihak serta warga sipil.

Saat itu militer Inggris dianggap anemia, karena anggaran dipotong selama bertahun-tahun. Singkatnya, Argentina mengandalkan kelemahan lawan.

Maret 1982, Argentina mengirim tentara yang menyamar sebagai pekerja ke Pulau Georgia Selatan, yang secara administratif berada di bawah gubernur Falklands tapi sangat jauh.

Georgia Selatan adalah sebidang tanah tak berpenghuni yang terkadang tak terlihat dengan teropong karena tertiup angin Antartika. Tentara Argentina mendarat di pulau itu dan mengibarkan bendera kebangsaan.

Pada 1 April 1982 sebuah detasemen komando Argentina, yang muncul dari kapal perusak Santisima Trinidad, menyambangi Port Stanley -- ibu kota Falklands dan satu-satunya kota di pulau itu.

Rencananya, Argentina menyergap unit militer Inggris di kota itu. Namun, Inggris tahu rencana itu dan meninggalkan pos mereka. Argentina hanya mendapati barak-barak dan gedung kosong.

Pada saat sama pertempuran penuh berlangsung di kediaman gubernur Falklands. Argentina membawa kekuatan baru ke medan tempur.

Marinir Inggris melawan sampai kehabisan tenaga dan amunisi. Hasilnya, 58 tentara Inggris ditangkap. Nasib serupa juga dialami detasemen kecil Inggris di Georgia Selatan.

Argentina memenangkan fase pertama perang, Rakyat Argentina merayakannya, serdadu bersulang untuk sukses kecil, dan tak pernah berpikir bahwa mereka baru saja memulai perang, bukan memenangkannya.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image