Frase 'Jin Buang Anak' dan Gaya Ngebuleng Orang Betawi
Jin buang anak itu ungkapan humoristik khas Betawi untuk menjelaskan tempat yang jauh.
Jin sering jadi sasaran humor Betawi. Ada juga jin maen ayunan, menjelaskan perilaku santai.
Ahli sahibul hikayat Betawi tahun 1950-an hingga 1970-an Haji Ja'it, ketika wafat diigantikan puteranya bernama Sofyan Ja'it. Sebelumnya, ahli sahibul hikayat yang bekend di Jakarta tahun 1930-an Haji Ja'far (narsum: Maimunah binti Sapiun,, nyai saya).
Hikayat mereka selalu melibatkan jin sebagai pelengkap penderita
Menurut Haji Ja'jt sasaran lebih baik jin, kalu orang bisa ada yang tersinggung.
Ridwan SaidiS: Ente becandain jin terus, apa ga pernah dipergokin jin?
Ja'it: Pernah, kalu ente ana ceritain, pasti serem ente.
Tradisi tutur Betawi dengan berpulangnya kedua tokoh tersebut pun memudar. Beberapa aktivis muda seni coba mengangkat ngebuleng, tradisi tutur Bekasi. Yang saya pernah saksikan tak ada jinnya.
Tradisi seni tutur tanpa alat peraga, berbeda dengan wayang. Perkembangan teknologi menyingkirkan budaya tutur, bahkan nyaris menggeser wayang . Ini harus menjadi concern pemerintah dan komunitas pencinta seni.
Content seni budaya tutur semata-mata untuk menghibur termasuk Sahibul Hikayat Betawi. Tidak ada maksud lain selain menghibur.
Penulis: Ridwan Saidi, Sejarawan dan Budayawan Betawi.