Politik

Belajar dari Pemilu Filipina: Dinasti Marcos dan Sejarah yang Dimanipulasi

Presiden Filipina Marcos Jr dan Wakil Presiden Filipina, Sarah Duterte.
Presiden Filipina Marcos Jr dan Wakil Presiden Filipina, Sarah Duterte.

Sejarawan Francis Gealogo kini tak lagi mengajar di kelas dan menceramahi siswa-siswinya secara langsung. Kepala Departemen Sejarah Universitas Ateneo De Manila itu memilih aktif di Twitter dan meluncurkan akun TikTok untuk memerangi disinformasi sejarah negaranya.

"Kita seharusnya tidak membiarkan penjaja sejarah palsu tetap dominan di alam baru ini," kata Gealogo kepada Al Jazeera.

Pada 30 Juni, ketika Ferdinand 'Bongbong' Marcos Jr dilantik sebagai presiden Filipina, sejarah muncul di pusat konflik politik Filipina. Sebagai sejarawan, Gealogo menjalankan tanggung jawabnya memerangi orang-orang yang berusaha memanipulasi sejarah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Marcos Jr, putra mendiang Presiden Filipina Ferdinand Marcos Sr, memenangkan kursi kepresidenan berkat kampanye bertahun-tahun dan terorganisir untuk menutupi warisan brutal ayahnya.

Mendiang Marcos Sr, memerintah Filipina 1965-1986, mengumumkan darurat militer tahun 1972 dan Amnesti Internasional mendokumentasikan 3..257 pembunuhan politik selama masa itu.

Sekitar 70 ribu orang dipenjara, dan ribuan lainnya disiksa. Mahkamah Agung Filipina menemukan bukti Keluarga Marcos mencuri 658 juta dolar AS, atau Rp 9,8 triliun, dari kas negara karena utang negara meningkat dan jutaan orang Filipina hidup dalam kemiskinan ekstrem.

Kemarahan publik menyatu menjadi People Power pada 1986, mengulingkan pemerintahan, dan memaksa Marcos Sr lari tunggang langgang ke Hawaii. Tiga tahun setelah berada di Hawaii, Marcos Sr meninggal dunia.

Marcos Jr, yang mulai berkuasa pada peringatan setengah abad deklarasi darurat militer, menggunakan media sosial untuk menulis ulang sejarah, meremehkan kekejaman era darurat militer, dan menggambarkan masa jabatan ayahnya sebagai 'zaman keemasan' Filipina.

Dalam wawancara online awal tahun ini, Marcos Jr mengatakan ayahnya mengantar Filipina ke 'dunia modern'. Sehari setelah memenangkan pemilu, Marcos Jr mengunjungi makam ayahnya dan merilis pernyataan yang menyebut sang ayah adalah inspirator yang mengajarkan nilai dan makna kepemimpinan sejati.

Marcos Jr mengubah sedikit frasa warisan ayahnya, yaitu 'hebat kembali' menjadi 'bangkit kembali', untuk menggugah rakyat Filipina menghidupkan kembali kebesaran Filipina.

Tsunami Disinformasi

Diosa Labiste, profesor di Sekolah Tinggi Komunikasi Massa Universitas Filipina, mengatakan terjadi 'bombardir' online atas kebohongan langsung tentang warisan Marcos Sr.

"Distorsi itu dimaksudkan untuk membuat Marcos Jr kembali ke Istana Malacanang," kata Labiste, yang telah memeriksa posting media sosial untuk dua pemilihan terakhir dan menemukan koalisi Tsek.ph yang didanai Google dan Meta. "Tentu saja ini dibagikan secara besar-besaran oleh jaringan penyebar."

Posting itu termasuk video, yang mengklaim bahwa tidak ada yang ditangkap selama periode darurat militer. Video itu mengumpulkan lebih 187 juta tampilan pada awal periode pemilihan resmi 8 Februari 2022.

Posting lain mengklaim korban darurat militer mengarang cerita untuk meminta reparasi dari negara. Postingan ini terdapat di 514 akun Facebook dan dilihat 89 juta kali.

"Pemeriksa fakta gabungan tidak cocok untuk jaringan sistematis operator informasi di balik disinformasi darurat militer," katanya. "Kami hanya memeriksa fakta enam bulan terakhir dan kami menghadapi tsunami disinformasi."

Menurut Labiste, posting itu disebar berulang lewat saluran dan pemberi pengaruh yang mapan. Semuanya dilakukan terkoordinasi dan sangat rapi.

Semua yang digambarkan Labiste adalah operasi yang diminyaki dengan baik selama bertahun-tahun. Kampanye Marcos Jr memanfaatkan halaman dan grup Facbook, saluran YouTube, dan video TikTok, untuk menjangkau pemilih Filipina yang sebagian besar menggunakan Internet untuk mendapatkan berita politik.

Seorang whistleblower di Cambridge Analytica, perusahaan analisis data Inggris yang membantu kampanye Donald Trump, mengatakan tahun 2016 Marcos Jr mencari bantuan untuk mengubah citra keluarga.

Kampanye revisionis Marcos Jr mendapatkan dorongan dari pemerintah Filipina ketika Presiden Rodrigo Duterte memutuskan memberikan pemakaman pahlawan kepada Marcos Sr.

Pada era itu, Gealogo adalah komisaris di Komisi Sejarah Nasional Filipina (NHCP) yang memiliki peran sebagai penasehat presiden. Gealogo keberatan dengan keputusan itu, dan bersama rekannya menerbitkan makalah berjudul; Mengapa Ferdinand Marcos Sr tidak boleh dimakamkan di Libingan ng mga Bayani (Makam Pahlawan)?

Presiden Duterte mengabaikan makalah itu dan kemarahan publik.

Gealogo mengatakan Duterte membebaskan Marcos Sr dari kejahatannya. "Itu penghinaan besar bagi NHCP. Saya mengundurkan diri sebagai bentuk protes," katanya.

Pemakaman Marcos di Taman Makam Pahlawan menghasilkan ledakan disinformasi yang memuncak dengan kemenangan Bongbong Marcos Jr. Reputasi Dinasti Marcos, yang sebelumnya dikenal korup, serakah dan kasar, dikalibrasi ulang menjadi sesuatu yang menyenangkan dan kontemporer.

"Bahkan gagasan kemewahan Marcosian, seperti diperlihatkan di YouTube, diremehkan. Keluarga Marcos seolah-seolah hidup seperti orang Filipina kebanyakan," kata Gealogo.

Khusus yang ini, Dinasti Marcos sebenarnya tidak sepenuhnya sempurna menutupi kejahatannya. Saat Bongbong Marcos berkunjung ke rumah ibunya, Imelda Marcos, Patrol TV masuk dan menyiarkan langsung pertemuan ibu dan anak itu.

Kamera TV mengarah salah satu lukisan di belakang Imelda Marcos. Tak berapa lama kemudian pers Filipina gempar. Bagaimana mungkin Reclining Woman VI, judul lukisan karya maestro Pablo Picasso yang telah lama hilang, ada di dinding rumah Imelda.

Tidak ada penjelasan soal itu. Berita itu juga tak berlanjut. Siapa pun tahu lukisan itu bernilai ratusan juta dolar AS, dan diburu kolektor kelas kakap. Betapa hebatnya Marcos Jr menyumbat semua itu.

Amnesia Sejarah

Disinformasi, menurut Gealogo, akan mengikis kebenaran mapan tentang kediktatoran Marcos. Marcos Jr sukses melakukannya. Namun, ada yang lebih mengkhawatirkan, yaitu menyerang gudang informasi sejarah.

Oktober 2021 lalu, menurut Gealogo, pemerintah menginstruksikan kepada universitas untuk membersihkan perpustakaan dari materi subversif, termasuk catatan era darurat militer Filipna.

Maret 2022, beberapa toko buku yang menjajakan teks yang diduga subversif dirusak. Ketika penerbit buku anak-anak Adarna House mengumumkan bahwa koleksi literatur darurat militer akan dijual Mei 2022, kepala intelejen Alex Monteagudo menyebutnya sebagai upaya meradikalisasi anak-anak melawan pemerintah kita.

Eufemio Agbayani III, peneliti Situs Sejarah NHCP, mengatakan apa yang tertulis di perpustakaan ini dan museum kami masih ada, tetapi kemenangan Marcos Jr kemungkinan akan memperumit masalah bagi arsiparis. Sebab, presiden baru dapat memerintahkan pengubahan catatan sejarah.

"Kami seperti berada di antara dua batu yang saling berbenturan," kata Agbayani. "Pendukung Marcos akan mengatakan kami bias karena memiliki penelitian yang menyangkal catatan perang dan video Marcos Sr, yang membahas bagian tertentu darurat militer."

Agbayani melanjutkan; "Kami juga menangani monumen People Power, dan memperingatinya sebagai bagian pekerjaan kami. Di sisi lain, orang lain berpikir NHCP tidak melakukan cukup yang membuat disinformasi merajalela."

Namun, intervensi apa pun oleh NHCP dalam debat akan bertentangan dengan komitmen komisi untuk non-partisan.

Kampanye Marcos Jr dan penyebaran disinformasi terjadi ketika mata pelajara sejarah Filipina diturunkan peringkatnya sebagai mata pelajaran sekolah. Sejak 2014, sejarah Filipina hanya diajarkan di sekolah dasar.

Vladimer Quetua, pemimpin serikat Aliansi Guru Peduli Metro Manila, menggambarkan pelajaran sejarah di sekolah menengah sebagai potongan suey atau campuran potongan-potongan yang tidak pernah seluruhnya.

Kurangnya pendidikan yang layak, katanya, telah menciptakan amnesia sejarah di kalangan pemilih muda. Banyak pemilih yang terlalu muda tidak pernah tahu pelanggaran era darurat militer.

"Pada awal masa jabatan saya, siswa hanya apatis. Saya berjuang membuat mereka belajar tentang sejarah Filipina," kata Quetua. "Saat ini, mereka sepenuhnya terlibat dalam politik tetapi terkontaminasi disinformasi."

Dulu, masih menurut Quetua, guru besaing dengan tandemnya yaitu Google dan Wikipedia. Kini, TikTok dan YouTube melengkapi keluarga.

Banyak guru hanya keluar rumah untuk melakukan pekerjaan mereka dan memastikan setiap anak menyelesaikan sekolah wajib mereka. Quetua khawatir di masa depan orang Filipina berisiko kehilangan pemahaman tentang apa yang terjadi selama periode darurat militer dan kontribusinya terhadap trauma bangsa.

"Kurikulum membatasi Anda sebagai pendidik. Banyak siswa akan percaya mitos Filipina pernah punya 'zaman keemasan'. Mereka melihat Marcos dan mendambakan kekayaannya," kata Quetua.

Bagi Keluarga Marcos, kemenangan Marcos Jr bukan saat ini tapi telah lama terjadi dan dinikmati. Kini, mereka punya kesempatan mencengkeram Filipina dan mengubah segalanya.

Imee Marcos, saudara perempuan Marcos Jr dan senator, mengatakan kemenangan saudara laki-lakinya akan memungkinkan rehabilitasi nama dan warisan dinasti.

Imelda Marcos, ibu Marcos Jr, masih menjadi perantara kekuatan politik paling berpengaruh. Sepupu Marcos Jr akan menjadi ketua parlemen, dan salah satu adiknya duduk di kursi Kongres.

Sara Duterte, putri Rodrigo Duterte, adalah wakil presiden. Duterte ngemplang media independen, salah satunya Rappler, selama berkuasa.

Di tengah rezim yang mengkonsolidasikan kekuasaan, Labiste -- cendekiawan dan pemeriksa data -- menawarkan pengingat serius tentang tantangan yang dihadapi mereka yang ingin memastikan setiap orang mengetahui kebenaran masa lalu.

"Buku pedoman Duterte untuk menekan media independen sambil mendukung sumber informasi partisan akan terus berlanjut," kata Labiste. "Tantangannya adalah menangani disinformasi dengan pengecekan fakta. Untuk melakukan itu, kita membutuhkan sebuah gerakan."