Gereja Katolik Filipina Kritik Maid in Malacanang: Upaya Keluarga Marcos Manipulasi Sejarah Lewat Fi
Sejumlah pemimpin Gereja Katolik Filipina mengkritik Maid in Malacanang, film yang menggambarkan 72 jam terakhir kekuasaan Ferdinand Marcos pada tahun 1986, dengan menyebutnya sebagai upaya merevisi sejarah.
Imee Marcos, senator dan putri tertua mendiang diktator Ferdinand E Marcos Sr, terlibat dalam produksi film biografi yang disutradarai Darryl Yap. Film berkisah tentang kehidupan di dalam rumah tangga presiden sesuai kesaksian tiga pelayan setia selama People Power.
Uskup Geraldo Alminaza, dari San Carlos di Filipina tengah, menyebut film itu 'tidak tahu malu', dan menuntut agar orang-orang di baliknya menyatakan permintaan maaf.
"Produser, penulis naskah, sutradara, dan mereka yang mempromosikan film itu, harus minta maaf secara terbuka kepada biarawati Karmelit, keluarga mantan presiden Corazon Aquino, dan rakyat Filipina," kata Alminaza dalam pernyataan yan diposting di situs Konferensi Waligereja Katolik, Rabu lalu.
Alminaza juga bereaksi keras terhadap adegan yang menggambarkan biarawati Biara Karmelit di Cebu bermain mahjong dengan Cory Aquino pada malam revolusi damai yang menggulingkan Marcos Sr.
Cory Aquino dilantik sebagai presiden pada 25 Februari 1986, pada hari ketika penjarah menyerbu Istana Malacanang setelah Ferdinand dan Imelda Marcos, serta anak-anak mereka, melarikan diri ke Pangkalan AU Filipina.
Keesokan hari, Keluarga Marcos diterbagkan ke Hawaii. Tiga tahun kemudian Marcos Sr meninggal di tempat pengasingannya.
Gereja Katolik memainkan peran penting dalam pemberontakan bersejarah itu, ketika Kardinal Jaime Sin -- yang saat itu menjabat Uskup Agung Manila -- mengimbau rakyat Filipina mendekat ke markas militer nasional untuk melindungi pejabat senior yang menarik dukungan terhadap Marcos Sr. Imbauan lewat radio itu membantu penggulingan Marcos Sr.