Safety Velve: Sambo Simbolon, What ever will be will be !
Apa motif Brigadir J dibunuh, dan dengan keji? Ini pertanyaan non juridis, tapi secara sosiologis, mungkin politik, perlu. Mengapa? agar diketahui setidaknya untuk keperluan penyidikan kasus pembunuhan di kemudian hari.
Soal pembunuhan itu dikenal sebagai kasus Sambo. Tersiar berita Brigadiir J dibunuh karena urusan sex liar dengan istri Sambo. Pihak resmi membantah. Tindak illegal sex lalu dituduhkan pada sopir pirbadi 'K't. Masih disidik.
Namun, Jenderal Purnawiraan Gatot Nurmantyo mengaitkan kasus Sambo ke urusan lain. Yang cenderung pasti kenapa J dibunuh, karena dugaan pelakunya he was the man who knew too much. Yang diketahui mendiang tentu bukan hal ysng sederhana.
Belum usai kasus Sambo menjadi perbincang khalayak, tiba-tiba muncul anggota DPR dari F-PDIP yang dalam sidang Komisi menyerang TNI dengan tidak patut. Lagi pula tidak ada hujan dan angin pun tiada, kenapa pohon bencongan teroya-roya?
Kata Simbolon, TNI laksana gerombolan, laksana ormas, pimpinannya pecah belah. Komando tak ditaati.
Soalan Simbolon ini menimbulkan reaksi keras TNI. Simbolon minta ma'af. Tapi tak ada 'khobar' Simbolon dapatkan maaf yang dipintanya itu.
Peristiwa yang muncul belakangan itu layaknya sebuah safety velve lobang angin yang dikenal sejak peradaban Maya.
Sambo dan Simbolon membawa efek bagi rumah berlobang angin. Udara segar yang masuk menyedarkan kita bahwa Indonesia masuk dalam incaran negara penyuplai tenaga kerja asing (TKA) setelah pasukan Rusia hengkang dari UkrIne. Hal ini seperti dikatakan President Amerika Serikat, Joe Biden.
Pergumulan politik hari ini memang tidak lagi semata soal BBM tapi lebih jauh lagi: soal existensi NKRI.
Penulis tentu saja berdiri teguh di belakang TNI. What ever will be will be. Ini soal keyakinan!
Penulis: Ridwan Saidi, Budayawan Betawi dan Sejarawan