Politik

Apakah Bank Indonesia Kini Lagi Bermain Api?

Nilai tukar dolar masih terus menguat terhadap rupiah.
Nilai tukar dolar masih terus menguat terhadap rupiah.

Oleh: DR Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia 19-20 Oktober 2022 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,5 persen, menjadi 4,75 persen. Pasar memberi respons negatif. Kurs rupiah tertekan, melemah dan ditutup Rp15.631 per dolar AS pada perdagangan kemarin, 21 Oktober 2022.

Ini menunjukkan kebijakan Bank Indonesia tidak sejalan dengan harapan investor. Tentu saja investor asing. Sehingga dolar masih mengalir keluar, capital outflow, menekan kurs rupiah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Karena selisih suku bunga acuan Bank Indonesia dengan the FED, Bank Sentral AS, sangat tipis. Hanya 1,5 persen. Suku Bunga the FED 3,25 persen. Suku bunga Bank Indonesia 4,75 persen.

Masalahnya, tidak lama lagi, selisih suku bunga yang sangat sempit ini berpotensi menjadi lebih sempit lagi. Ini yang memicu tekanan terhadap kurs rupiah dan capital outflow.

Karena the FED akan mengadakan Rapat pada 1-2 November yang akan datang. Publik memperkirakan the FED akan menaikkan lagi suku bunga acuannya, mungkin 0,75 persen, atau bahkan 1,0 persen. Lebih tinggi dari kenaikan suku bunga acuan BI yang hanya 0,5 persen ini.

Kenaikan suku bunga the FED diperkirakan akan agresif, mengingat inflasi di AS relatif belum turun, masih cukup tinggi, 8,2 persen pada September lalu. Hanya turun 0,1 persen dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 8,3 persen.

Masalahnya, inflasi month-to-month malah meningkat. Inflasi Agustus 2022 hanya 0,1 persen dibandingkan dengan Juli 2022. Dan inflasi September 2022 naik menjadi 0,4 persen, dibandingkan Agustus 2022. Hal ini tidak baik. Tren inflasi bulanan, month-on-month, meningkat. Mencerminkan tingkat suku bunga saat ini belum memadai untuk melawan inflasi.

Semua ini membuat tekanan terhadap kurs rupiah masih akan terus berlangsung, dan akan semakin bertambah intens.

Sepertinya kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia luput mengantisipasi ini. Valas akan semakin kering, rupiah menuju kutub selatan, ke bawah, alias turun.