Mahasiswa Dodol: Kisah Diane Tones Yang Bunuh Diri Karena Idap Sindrom Berpura-Pura Kuliah
Dianne Tonies, gadis cantik berusia 26 tahun, ditemukan tewas bunuh diri di apartemennya di Leiden. Maka publik Belanda gempar karena Dianne ternyata mengidap terindikasi gangguan kejiwaan 'pretend student syndrome' alias sindrom berpura-pura mahasiswa.
Selama enam tahun Dianne membohongi keluarga. Ia mengaku sedang bejalar kedokteran di Universitas Leiden.
Ketika kabar kematiannya sampai ke telinga keluarga, sang ayah menelepon universitas untuk memberi tahu kematian Dianne. Pihak universitas mengatakan tidak pernah ada mahasiswa bernama Dianne Tonies.
Tidak hanya keluarga, Stefan — pacar Dianne dalam beberapa tahun terakhir — juga tidak tahu kekasihnya tidak pernah kuliah. Yang ia tahu Dianne adalah tertua dari empat bersaudara.
Rachel, salah satu saudara perempuan Dianne, mengatakan kepada surat kabar De Sentor; “Rahasia Dianne semakin besar dan dia tidak melihat jalan keluar lain, kecuali bunuh diri.”
Menurut Rachel, tak lama setelah kematian Dianne keluarganya mendengar istilah Pretend Student Syndrome, atau sindrome pura-pura mahasiswa.
Sindrome ini, lanjut Rachel, dimulai dengan mengatakan sedikit kebohongan. Tujuannya, untuk kebikan diri sendiri. Setelah itu berubah menajdi jaringan kebohongan yang tak ada habisnya.
Artinya, kebohongan harus ditutup dengan kebohongan, kebohongan, dan seterusnya kebohongan. Jadi, kebohongan itu menggelembung, dan terus membesar.
Pada 16 Januari lalu, Dianne mengatakan kepada Stefan bahwa dia akan menggelar pesta minum-minum setelah menyerahkan tesis medisnya.
Hari berikutnya, tidak ada kabar tentang Dianne. Seorang rekan menyambangi apartemennya, tapi tak bisa masuk karena terkunci. Akhirnya diputuskan memasuki apartemen melalui jendela.
“Polisi mengira Dianne tewas akibat tindak kejahatan. Setelah tahu pintu apartemennya terkunci, polisi menemukan Dianne bukan tewas akibat pembunuhan,” kata Rachel.
Keluarga Dianne menemukan dia menyelesaikan 20 dari 40 SKS pada tahun pertamanya tapi tidak melanjutkan. Rachel mengatakan; “Kami mnemukan agenda 2013/2014 di kamarnya. Dalam beberapa bulan pertama ia sepertinya kuliah dan mengikuti ujian.”
Setelah itu, lanjut Rachel, tidak ada kabar lagi soal kuliahnya. Di tengah manuskrip Dianne ada kalimat; “Ini tulisan tangan saya yang baru mulai sekarang.”
“Memang aneh,” kata Rachel.
Rachel coba memahami bagaimana Dianne tinggal di Leiden, apa yang dia lakukan setiap hari? “Kami tidak tahu. Dia tidak mengenal banyak orang di Leiden, tapi memiliki ikatan dengan temen serumahnya, yaitu Simone,” kata Rachel.
Dianne tidak meninggalkan apa pun untuk dipelajari keluarga dan teman-temannya. Tidak ada arsip di komputernya, dan tidak ada percakapan apa pun di HP-nya.
Namun, sejumlah peneliti dan ahli komputer masih mencoba membongkar isi komputer, email, dan apa pun yang bisa memberi petunjuk tentang Dianne.
Entah sejak kapan istilah Pretend Student Syndrome muncul dan apa ciri-ciri pengidap penyakit ini. Apakah pengidap penyakit ini ada di Indonesia?
Nggak tahu. Sebab belum ada yang bunuh diri karena bertahun-tahun berpura-pura jadi mahasiswa.