Sejarah

Barus, Wilayah Intan Sejarah Islam

Pohon barus, pohon denan getah wangi yang dari kala kala menjadi balsem jenazah para Fir'aun di Mesir.
Pohon barus, pohon denan getah wangi yang dari kala kala menjadi balsem jenazah para Fir'aun di Mesir.

Geographia yang ditulis Claudius Ptelomeus 161 M memuat lampiran peta dunia. Di peta itu terdapat Barus yang dieja Burusai. Metode penulisan yang dipakai Ptelemeus dengan mewawancara pelayar yang mangkal di Venice, kemudian Ptelemeus ke Alexandria, Egypt. Dalam koleksi Egyptian litho, terdapat lukisan pelayar Andunisi yang juga ke Egypt. Susahnya, litho Egypt tanpa time line.

Barus itu zona ekonomi pertama di Andunisi yang terkenal dengan perdagangan kapur barus. Bangsa Egypt sudah ke Barus pada jaman Rameses II medio XIII SM (1279-1213 SM) saat mana Egypt mulai balsem jenasah yang bahan utamanya barus. Nama lain barus: kafur, kamfer dan fansur.

Barus cuma ada di Andunisi (Indonesia). Sampai V M Barus masih menjadi akses utama ke Sumatera. Bahkan Queen of Sheba Axumite II M merapat di Barus untuk menjelalahi Sumatera (see: Giovanni XV M, Raffles XIX M).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada VI M muncul zona econ Lamuri di Aceh yang berdagang rempah2 di pamtai timur Sumatera. Lamuri Aceh sudah dikenal bangsa Egypt pada era SM. Pulau We di utara Aceh berasal dari kata seru Egypt: We, yang bermakna kagum.

Pada XIII M muncul di Aceh power system Samudra Pasai di selatan Lamuri.

Barus di Tapanuli Tengah. Pergerakan Islam dari sini ke selatan sampai ranah Minang. Pada VII M Islam sudah di Minangkabau. Kerajaan Paga Ruyung berdiri XIV M . Pada time frame yang berdekatan dengan Samudra Pasai. Keduanya kerajaan muslim. Kerajaan muslim Tidore juga abad XIII. Begitu pun Luwu.

Paga Ruyung ekspor kopi via Barus. Ini berlaku sampai meletusnya Perang Padri 1821-1837. Sebelumnya jalur ekonomi Paga Ruyung juga menyisir selatan menuju tambang mas Rejang Lebong. Paga Ruyung juga miliki tambang mas di bukit Opir Pasaman. Tapi depositnya kalah dengan Rejang.

Jalur niaga Lamuri, kemudian Samudra Pasai, pastilah melintas Kedah. Maka menjadi hyphothesis bahwa agama (Islam) dan peradaban juga bahasa mesti melintas jalur ekonomi di mana ada zona econ. Variabel econ tak boleh diabaikan dalam mengkaji persebaran agama (Islam).

Berdasarkan hypothesis ini mestilah ditolak claim Islam masuk Indonesia dibawa orang Gujarat. Dengan Gujarat tak ada jalur econ, apatah pula mereka secara econ kurang mampu di XIII M itu. Abad yang di-claim teolog de Graaf sebagai time frame orang Gujarat sebar Islam di sini. Claim tak berdasar. Tiongkok sebar Islam disini? Dari jalur bahasa apalagi peradaban tak ketemu. Apatah pula econ.

Penulis: Ridwan Saidi, Sejarawan dan Budayawan Betawi.