Sejarah

Pentolan DII/TII Kartosuwiryo Ternyata Pidato Tiga Kali Di Kongres Pemuda 1928

Kartosuwiryo diperiksa dokter usai di tembak dalam sebuah eksesi hukuman mati di sebuah pulau di kepulauan Seribu dj Jakarta pada tahun 1962.
Kartosuwiryo diperiksa dokter usai di tembak dalam sebuah eksesi hukuman mati di sebuah pulau di kepulauan Seribu dj Jakarta pada tahun 1962.

Dr Abdul Gafur sangat emosional saat Kongres HMI di Solo 1966 menetapkan Nurcholish Majid sebagai Ketua Umum HMI yang baru. Begitu Nurcholish terpilih dia langsung minta hadirin baca surah 'Wal Ashri'.

Malam itu juga Gafur ajak aku langsung pulang Jakarta dan beberapa teman. Gafur stir mobil non stop ke Jakarta. Ia terus cerita rupa-rupa temanya, tak kocak sih. Namun, kami berusaha menahan ngantuk.

Aku dan Gafur kemudian pernah jadi juru penerang program Keluarga Berenca (KB). Kami keliling Jawa dan Bali.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Suatu hari saat Gafur menjadi Menpora aku dimintanya menulis mengenai KONGRES PEMUDA II 1928. "NihRid notulennya", sambil Gafur serahkan setumpuk kertas. Setelah membaca dokumen yang disodorkan, beberapa waktu kemudian aku datang lagi menemuinya,

"Gue sudah baca Fur, emang lu mau terbitin?,'' tanyaku.

"Ya Kementerian Pemuda dan Olalh Raga (KemenporaI yang cetak,'' kata Gafur tegas.

Lalu selanjutnya aku bicara lagi:

"Furi ini notulen gue sudah baca. Di Konggree Pemuda II buat lu tau aja, Kartosuwiryo bicara tiga kali. Ape lu maih mau terbitin...?" tanyaku mellanjutan omongan.

Abdul Gafur terlihat terkejut. Dia cepat-cepat menjawab untuk membatalkan rencana penerbitan buku itu. Sambil goyangkan tangannya dia bilan:" Rid, jangan...!"

Tak lama kemudian saya minta pamit pulang sama Abdul Gafur. Dan, setiap kali datang tangggal 28 Oktober, hari peringatan Sumpah Pemuda, saya ingat kewafatan Gafur.

'Selamat Jalan Fur....!"

Penulis: Ridwan Saidi, Sejarawan dan Budayawan Betawi.