Mengenang Habibie di Mimbar Masjid Istiqlal Sarajevo
Beberapa waktu lalu saya tiba di Masjid Istiqlal Bosnia yang ada Sarajevo. Masjid bergaya Otoman-Balkan yang dilengkapi dua menara menjulang terkesan menjulang indah seperti rakus melahap udara musim semi yang suam-suam kuku. Letaknya ini di kawasan baru Sarejevo yang tak tauh dari kawasan Bandara.
Di sekeliling masjid ada perbukitan menghijau yang kala terjadi kecamuk perang disebut ‘Dead Valley’ bukit kematian. Di sana dahulu dipasang berbagai senjata berat dan meriam penangkis serangan udara untuk mengawasi bandara yang memang terletak di bawahnya.
‘’Ya itu masjid Suharto. Di sana juga ada peninggalan Mr Presiden Habibie dan Ainun. Bentuknya macam-macam, mulai dari mimbar hingga ornamen masjid yang berukir gaya Jepara,’’ kata temanku asal Turki, Saleem.
Saat itu kami melintas di depan masjid dari trem kota yang pernah menjadi penyelenggara Oliampiade musim dingin beberapa dekade silam. Dari kejauhan, kami memandang masjid yang terletak di kawasan terbuka dari jauh. Menara kembar masjid tampak melambai-lambai.
Nah, karena penasaran, keesokan harinya kami memutusan pergi ke masjid itu. Udara Sarajevo yang sejuk dan kota yang bersih dan tenang, membuat kami merasa nyaman untuk berjalan kaki ke masjid itu. Dan memang berkat masjid itu, nama Indonesia abadi di Bosnia.
Apa pasal? Ini di antaranya adanya gaya tak lazim sang arsitek pembuat masjid itu, Achmad Nu’man. Dia ke luar dari gaya tradisi masjid Bosnia yang lazimnya hanya menggunakan menara tunggal ala asitektur Ottoman. Arsitek asal Bandung ini mengubahnya dan membangunkan gaya masjid dengan dua menara. Argumennya, dua menara itu melambangkan kokohnya hubungan dua negara, yakni Bosnia dan Indonesia.
Seorang warga Sarajevo, Fatma, mengakui hal itu. Dia tahu semenjak usai perang dahulu, masjid itu memang sumbangan Indonesia. Dia mengucap syukur berkat masjid itu dia mulai mengenal lagi agama leluhurnya yang selama ini terkubur oleh rezim komunis Yugoslavia yang dikuasai puluhan tahun oleh Yoseph Broz Tito. Kini meski dengan masih tertatih melafalkan Alfatihah, dia berhasil mengenal agama Islam kembali.
‘’Ya kami dari keluarga muslim. Besmillah hir rohman hirohiem,’’ kata Fatma dengan terbata.’’Sorry ya. Baru belajar Islam lagi!”
Di masjid Istiqlal Sarajevo itu memang terpancang mimbar dengan terbuat dari kayu jati dengan ukiran gaya Jepara. Ini sumbangan dari BJ Habibie dan Ainun. Berbagai pernah-pernik ornamen masjid yang lain pun ada. Bahkan, ada sumbangan sebuah ornamen ukiran masjid yang juga terbuat dari kayu dari mantan Kaporli Jendral Bimantoro. Semua benda itu terbuat dari kayu jati dengan gaya ukiran Jepara.
Alhasil, kesannya kalau memasuki masjid rasanya tengah berada di sebuah masjid di Indonesia. Cuma yang beda hanya jamaah masjidnya yang terdiri dari para bule. Orang kulit berwarna seperti saya di sana minoritas.
‘’Bagi orang Bosnia masjid ini penting sekali. Melambang suka dan duka. Melambangkan damai dari kerasnya peperangan pembantaian etnis. Letaknya juga tepat, berada di tempat yang indah di Sarajevo,’’ kata Edin Hadzalik, warga Bosnia yang kini tinggal di Jakarta.
Pada sisi lain, ada kesan yang harus dicatat dari kaitan Habibie dengan pengalaman sejarah wilayah Balkan. Berkat Habibie-lah negara republik Indonesia yang terhindar dari pengalaman yang disebut cendikiawan DR Azyumardi Azra berhasil bebas dari ‘Balkanisasi’. Bayangkan saja, kalau Habibie salah langkah ketika menerima tongkat estafet presiden dari Soeharto, negara besar ini terpecah dari banyak negara. Saat itu sudah muncul skenario Indonesia akan menjadi lima negara, persis dengan Yugoslavia yang terpecah menjadi tujuh negara.
Ternyata sosok Habibie itulahl, yang dulu di maki-maki setengah mati pasca reformasi, justru kini yang terbukti telah berhasil menjaga eksistensi negara ini di saat yang paling kritis. Maka, jelas-jelas bangsa ini berhutang jasa kepadanya. Sebuah jasa yang tak terkirakan dari anak Pare-Pare yang jenius itu. Dia ternyata tak hanya pakar atas bahaya keretakan badan pesawat terbang, dia juga seorang pemimpin yang terbukti pakar menjaga keutuhan bangsa dari ancaman perpecahan.
Dan ternyata jejak Habibie habibie tak hanya di Indonesia atau Jerman (Eropa Barat) yang selama ini diketahui secara luas di publik Indonesia. Jejak itu ternyata ada di Sarajevo, Bosnia. Dan itu ada di dalam masjid yang bernama Istiqlal.