Parung itu Pos Jaga
Dalam pengucapan Betawi inisial P, B, W sering metatesis. Jalan Warung Buncit, sekarang Jl Tuti Alawiyah, pada 1990-an tukang tebak-tebalan bilang, dulu (kapan?) ada warung yang punya perutnya buncit. 30 tahun kemudian tebak-tebakaban berubah perut buncit jadi babah Bun Cit (Tse-nya apa?).
Warung disini maksudnya Parung. Parung itu pos jaga.
Di Kampung Tumenggung yang bersinggungan dengan Tegal Parang tanah milik Tumenggung Imam Kuningan, Betawi kaya dan ulama. Beliau seangkatan Asmat bin Asba ulama akhir XVII M.
Tumenggung julukan di Betawi untuk orang tajir. Tanah Tumenggung dari titik gedung LIPI sampai perempatan Terusan Rasuna Said. Pada titik ini dibuat pos jaga yang dikenal sebagai W/Parung Buncit (terakhir) dilihat dari selatan.
Layani tukang tebak-tebakaan memang bisa bikin encok.
Kata mereka toponim Glodok tiruan bunyi air grujuk-grujuk (onomotope). Glodok: batu (Tambora). Onomotope tidak dijadikan toponim.
Di sekitar Bogor, Tanggerang, Jakarta memang banyak digunakan toponim parung. Parung, Parung Bingung, Parung Kored, Parug Kuda, Parung Panjang, P/Warung Buncit.
Di objek-obtek vital seperti zona ekonomi penjaga dilengkapi senjata api. Bahkan pasukan diperkuat dengan hewan buas macan. Tapi di kampung-kampung bersenjata golok saja.
Penulis: Ridwan Saidi, Budayawan Betawi dan Sejarawan