Sejarah

Majelis Islam A'la Indonesia - MIAI dan Misi Gagal Pendudukan Jepang di Indonesia

Kasman Singodimedjo, Kyai Mas Mansur, Wondoamiseno, RHO Djunaedi, Harsono Tjokroaminoto - 1943.
Kasman Singodimedjo, Kyai Mas Mansur, Wondoamiseno, RHO Djunaedi, Harsono Tjokroaminoto - 1943.

Apa missi pendudukan Jepang di Indonesia. Tak mudah dijawab. Orang Jepang (suku Ainu) sudah bermigrasi ke Indonesia setidaknya pada XI M, lihat relief Borobudur.

Beberapa waktu lalu saya didatangi ahli dari Jepang bertanya dimana di abad2 lampau orang2 Jepang dirikan Ginza di Jakarta. Saya jawab di Jl Pembangunan II linras Jl Gajah Mada seraya saya tinjukkan photo XIX M dimana orang Jepang dan Indonesia bergambar dengan latar belakang Ginza Gg Chasse (Pembangunan II). Gg Chasse dahulunya Jembatan Busu'. Jamba (hunian) Tana (orang) Busu'. Busu' dan Chasse sama arti (jangan kaget) Gypsi.

Maka tak lama setelah Jepang menerima penyerahan Nederlands Indie (bukan Dutch Government), Jepang langsung mengembalikan nama Batavia balik ke Jakarta yang mereka ucap Jakurata.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Seluruh partai dan ormas dilarang bergiat. Tetapi tahun 1943 organisasi2 Islam dibuatkan wadah berkumpul Majlis Islam A'la Indonesia (MIAI) yang berkantor di Jl Teuku Umar. MIAI giat bikin penerangan agama baik lisan mau pun tercetak.

Pada tahun 1943 juga Jepang mengangkat orang Indonesia: Dahlan Abdullah menjadi walikota Jakarta.

Wali Kota Dahlan Abdullah membangun kawasan Manggarai timur yang diberinya nama Jalan Minangkabau.

Jelang merdeka MIAI membentuk Lasykar Hizbullah. Hizbullah kelak berperan besar dalam mempertahankan kemerdekaan.

Apa sesungguhnya missi Jepang di Indonesia pada PD II tak mudah menjawabnya.

Penulis: Ridwan Saidi, Budayawan dan Sejarawan Betawi.