Ridwan Saidi Bantah Teori Sejarawan Asing Lance Castle: Betawi Bukan Keturunan Budak!

Sejarah  

Teori Ridwan Saidi

Ridwan Saidi menolak narasi Castle, dan menyodorkan fakta arkeologis tentang penemuan kapak batu di hampir sekujur wilayah yang dihuni etnis Betawi saat ini; Sunter, Cilincing, Kebon Sirih, Tanah Abang, Rawa Belong, sampai ke Serpong di Tangerang.

Penemuan kapak itu, menurut Ridwan Saidi, membuktikan sejak 3.000 sampai 4.000 tahun lalu tingkat penyebaran penduduk di Kalapa — kerajaan Sunda yang berdiri sebelum kedatangan Portugis — sedemikian merata. Babe Ridwan menyebut penduduk itu adalah proto-Betawi, atau Betawi tua.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tony Djubianto, mengacu pada geografi zaman es ketika Sumatera, Kalimantan, dan Jawa masih menyatu, proto Betawi adalah imigran yang datang dari barat. Setelah zaman es, Phitecantropus Erectus adalah manusia Nusa Jawa yang mendirikan peradaban.

Menurut Babe Ridwan, proses pembentukan entitas etnis di Nusa Jawa dimulai abad ke-7. Di Nusa Jawa sebelah barat terdapat Sunda dan Galuh. Di Nusa Jawa tengah terdapat Kalingga dan di Timur terdapat Kediri.

Sudan dan Galuh bukan kerajaan maritim, sehingga tidak punya angkatan laut. Sriwijaya memiliki kemampuan menguasi laut, tapi tidak disertai operasi teritorial.

Namun, kontrol Syailendra atas wilayah Jawa sebelah barat tidak efektif karena kekurangan penduduk. Solusinya adalah mendatangkan migran Melayu dari Kalimantan Barat ke Kalapa.

Prof Bern Nothofer dari Universitas Frankfurt, mengatakan pada periode inilah terjadi penyebaran Bahasa Melayu sampai akhirnya menjadi lingua franca di Kalapa. Situasi ini menyebabkan Bahasa Sunda tergeser secara cepat.

Babe Ridwan menguatkan teorinya pada asal-usul sejumlah nama di Tangerang, sebut saja Kampung Melayu dan Teluk Naga di Tangerang. Menurutnya, dua nama itu ada sebelum VOC datang.

Soal nama Betawi, Babe Ridwan mengatakan nama itu muncul setelah penaklukan Kraton Jayakarta. Sebutan orang Betawi, menurutnya, kali pertama terdapat dalam dokumen bertahun 1644, berupa testamen Nyai Inqua — janda tuan tanah dan kapten Cina pertama Souw Beng Kong.

Nyai Inqua mengatakan salah seorang pembantunya adalah orang Betawi. Artinya, saat itu masyarakat Betawi telah menjadi komunitas etnis yang mapan.

Sebelum orang Betawi menjadi kata yang mapan di abad ke-19, menurut Babe Ridwan, ada beberapa sebutan lain untuk komunitas etnis ini, yaitu Melayu Jawa, Orang Jaketra, dan Orang Jawa.

Orang-orang keturunan Portugis, atau kaum Mardijker dan Mestizo, menyebut menggunakan nama Selam untuk orang Betawi. Selam mengacu pada agama, yaitu Islam. Karena, mayoritas Mardijker dan Mestizo adalah pemeluk Kristen.

Jadi, menurut Babe Ridwan, orang Betawi telah ada dan menjadi komunitas etnis yang mapan jauh sebelum kedatangan Portugis, apalagi kedatangan VOC.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image