Filsafat Islam di Indonesia, Bisakah Lebih Gaul Lagi?
AgamaRocky Gerung sebagai contoh, ia mondar mandir menggunakan banyak pilihan model penalaran filsafat Barat, dari kerangka penalaran teori kritis ilmu sosial hingga ke teori filsafat hukum yang dikembangkan para filsuf Eropa.
Sementara di kampus-kampus Islam Indonesia, belajar filsafat terasing dan tertahan di dunia masa lalu. Menghabiskan waktu menguliti naskah-naskah filsafat klasik seperti Asfar Al’Arbah Mulla Sadra, Tahafut Alfalasifah Al-Ghazali, atau Tahafut at-Tahafut Ibnu Rusyd, dan naskah-nakah sejenis itu.
Jadi, ada sejenis kelambanan pertumbuhan teori filsafat Islam, terutama yang sampai ke Indonesia. Masih terlalu dominannya diskursus bertema ketuhanan. Saat yang sama terjadi pergerakan yang cepat dalam filsafat Barat memperbincangkan dunia manusia. Barat sudah lama bergerak ke isu epistemologis, analisis bahasa, hermeneutik, hingga ke dekontruksi teks.
Filsafat Barat membedah dunia manusia. Dengan tema-tema membumi seperti sistem tanda, relasi kuasa, teori makna, hak asasi, keadilan, kesetaraan, dan penyelamatan lingkungan. Filsafat Islam di Indonesia masih menggeluti tema-tema melangit seperti wujudiah, zat dan sifat, wahyu atau rasio. Paling maju, membahas moderasi beragama atau dialektika modernisme dan agama.