Sejarah

Bencana Kelaparan Jawa Tengah 1675 M: Rakyat Kala itu Anggap Tengah Berlangsung Perubahan Zaman

Situs punden Majapahit di tengah persawahan desa Loning, Sadang, Kebumen. (ilustrasi).
Situs punden Majapahit di tengah persawahan desa Loning, Sadang, Kebumen. (ilustrasi).

Pada 17 Januari 1675 harga beras di Jawa Tengah tidak kunjung turun. Ini tejrjadi kemsi musim panen padi sudah tiba, Harga berasdi Jepara misalnya dijual dengan 130 ringgit sekoyan. Orang-orang Jawa yang miskin makan umbi-umbian.

Beberapa bulan kemudian keadaan menjadi bain. Ini berat panen padi yang melimpah. Maka bila kemudian harga beras tetap mahal mungkin disebabkan oleh kerusakan akibat perang.

Selama ini Jawa Tengah dari tahun 1674 sampai 1676 terkena bencana kelaparan y ang parah. Kekurangan beras terjadi di mana-mana. Celakanya, belum lagi bisa bernapas lega karena panen padi melimpah perang kembali meletus sehingga membuat mala pertaka baru, Wilayah Jawa bagian timur terena dampak paling parah dari kelaparan itu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Itu semakin menjadi ketika gunung Merapi oada 1672 juga ikut meletus. Maka mencari tenaga manusia di ibu kota kerajaan sangat sulit. Namun keadaan yang susah ini tidak ada yang menuturkannya dalam kisah sejarah lisan. Di sana cuma disebutkan saat itu terjadi hujan yang tidak berada dalam musimnya.

HJ Deegraf kemudian menuliskan keadaan itu yang termuat dalan kisah lisan sebagai masa bencana. Gempa dahsyat terjadi, banyak gunung meletus hingga wilayah disekelilingnya tertutup tanah dan batu-batu besar. Sumber-sumber air di gunung Merapi meluao dan airnya deras menggenangi tanah-tanah datar selama beberapa hari.

Pada saat yang sama juga terjadi gerhana matahari. Juga kemudian terjadi hujan abu dan berbagai penyakit melanda seluruh Mataram mengakibatkab banyak manusia dan hewan seperti kerbau dan sapi mati.

Jumah kerugiannya bagi rakyat biasa tak terhingga.. Namun semua penduduk kala itu berpendapat bahwa negaranua sedang mengalami perubahan.