Sejarah

Jejak Administratif Hilangnya Garis Etnis, Tapi Segregarsi Bangsa Oleh Kolonial Dipertahankan

Kuli-Kuli Bangka keturunan Tionghoa di cucian bijih hancur pada tahun 1890. (KTLV)
Kuli-Kuli Bangka keturunan Tionghoa di cucian bijih hancur pada tahun 1890. (KTLV)

Oleh: Teguh Setiawan, mantan jurnalis Republika

Gambar di atas merupakan laporan kependudukan yang terdapat dalam Albrecht's almanak prijai, 1898. Salah satu isinya adalah jumlah penduduk residenan, maksudnya residentie katau keresidenan.

Almanak Prijaji ini membuktikan garis etnis di masyarakat Indonesia relatif telah hilang secara administratif. Sebab, pencatatan tidak mengenal; Sunda, Melayu, Ambon, Jawa, Makasar, Bugis, dan lainnya. Sebab, yang digunakan adalah kata Orang Itam.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Artinya, segregasi etnis secara administratif telah hilang. Namun, segregasi bangsa masih dipertahankan. Sebab ada kata Orang Tjina, Orang Belanda, Orang Arab, dan Orang Asing.

Padahal saat itu administrasi politik Hindia-Belanda mengelompokan Orang Tjina dan Orang Arab ke dalam satu kolom, yaitu Vreemde Oosterlingen, atau Golongan Timur Asing.

Yang menarik dari Almanak Prijaji ini adalah ibu kota Residentie Batavia adalah Betawi. Jadi, Betawi bukan etnis tapi nama wilayah. Yang kita tidak tahu adalah Betawi itu di mana.

Beda dengan Residentie Banten yang ibu kotanya Serang. Betawi sebagai ibu kota Residentie Batavia entah di mana.