Agama

Menjelang Seleksi Petugas Haji: Tuluslah dan Sadarkan akan Tugas Suci Sebagai Pelayan Jamaah!

jamaah haji naik di atap kendaraan sewaktu malam hendak\ ke arafah. (muhammad subarkah)
jamaah haji naik di atap kendaraan sewaktu malam hendak\ ke arafah. (muhammad subarkah)

Saat ini seleksi petugas haji tahun 2024 sudah dimulai. Lazimnya sosok nama-nama yang terpilih pada Ramadhan nanti akan segera mengikuti pelatihan selama dua pekan. Mereka akan dipahamkan betapa ruwet dan beratnya melayani para haji yang kini jumlah sudah normal sepertu sebelum pandemi Covid lalu yang jumlah jamaahnya kembali menjadi sekitar 230 orang.

Melayani jamaah sebesar ini tentu sangat tidak mudah. Mereka mayoritas terdiri para lansia yang masuk dalam kategori jamaah 'risti' (risiko tinggi).

Menyadari hal ini maka menjadi petugas haji itu bukan sama halnya pergi naik haji dengan menumpang fasiitas pemerintah. Mereka kerja di sana yang paling utama atau menjadi bekal 'isititaahnya' adalah menjadi petugas haji. Mereka ini tidak termasuk dalam otoritas 'istitaah' sebagai lazimnya, karena mampu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Konsekuensinya menjadi petugas haji tak bisa berleha-leha. Terutama petugas haji dari kalangan jurnalis atau media. Sejali lagi, dari pengalaman yang ada, mereka harus menomor satukan tugasnya. Bukan malah menomor satukan ibadah hajinya.

Melayani jamaah itulah tugas utamanya. Apalagi harus diketahui ibadah haji sebelumnya sederhana saja, terutama harus ikut wukuf di Arafah. Rangkaian ibadah haji yang lain bisa dibadalkan.

Maka pada saat musim seleksi petuhas haji ini, jelas memang harus ada ‘auto kritik’ kepada hasil kerja para peliput haji ketika tinggal di Arab Saudi. Ini sangat penting di dalam mengantipasi mutu layanan di kala zaman berubah sangat cepat. Selain itu juga untuk melihat kesadaran (keinsyafan) dan ketulusan niat dari para peliputnya. Mereka yang tak sadar dan insyaf pasti tidak bekerja melaksanakan tanggungjawabnya secara maksimal.

Media masa konvensional juga harus sadar bahwa mereka bukan lagi 'panglima informasi'. Di samping mereka ada tantangan dari media sosial dengan berbagai perangkatnya. Apalagi, apa yang terjadi di tanah suci selama musim haji pada waktu yang sama bisa langsung diketahui publik di tanah air. Kalau tidak diantisipasi maka jelas akan menimbulan kehebohan karena ketiadaan fakta yang sebenarnya terjadi.