Inilah kisah Utusan VOC Van Goen Ketika Raja Mataram Membunuh Ribuan Ulama

Sejarah  

Raja sementara itu tidak memperlihatkan diri di luar keraton. Tetapi menyuruh sidang-sidang peradilan yang diadakan setiap minggu terus berlangsung di dalam keraton (padahal semestinya di Sitinggil), karena dalam hal demikian ia biasanya bertindak amat teliti.

Setelah memperoleh semua keterangan yang diperlukan, diberikannya [erintah-perintah terakhir keada orang-orang kepercayaanya itu supaya mereka bertindak sebaik-baiknya dan semua orang laki-laki dan Wanita, dan juga anak-anak yang tidak bersalah.

Isyarat untuk pembantaian besar-besaran itu adalah bunyi tembakan dari Istana (dari Meriam Sapujagat atau Pancawara). Sunan pun mengamkan dirinya dengan pengawal-pengawal pribadi yang Tangguh di bawah pimpinan orang-orang yang paling dipercayai. Temoat pembunuhan itu berada di alun-alun keratin yang berada di depan Istana.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Belum setengah hjam berlalu setelah terdengan bunyi tembakan, 5 sampai 6 jiwa dibantai dengan cara mengerikan. Dan karena itu sudah sering terjadi, maka Sunan pun ingin mengelakan tanggunhjawab atas tindakan kekerasannya itu.

Imbasnya, pada keesokan harinya ketika tampil tampak wajah Sunan yang marah dan terkejut sekali. Sejam lamanya Sunan tak bicara sepatah katapun, dan ini membuat orang lebih merasa tercekam. Tidak ada seorang pun yang berani mengangkat kepalanya apalagi memandang wajah “Sunan”.

Beberapa saat kemudian Sunan berkata kepada pamannya, Pangeran Purbaya” bila para pemuka agama seharusnya menjadi teladan bagi semua orang dalam perbuatan-perbuatan kebajikan. Sunan pun menuduh merekalah penyebab dari kematian adiknya, Pangeran Alit.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image