Budaya

In Memoriam Pak Kuntoro: SD Glempang dan Koplak Bus Prakerta

Kuntoro Mangkusubroto.
Kuntoro Mangkusubroto.

Oleh: Rusdian Lubis, Penulis Senior

Sekitar tahun 2007, Pak Naya-Surna Djajadiningrat, saat itu Dirjen di ESDM dan saya, Direktur di PT Freeport Indonesia menghadap Pak Kuntoro Mangkusubroto yang akrab dipanggil dengan Pak Kun. Kala itu kami datang menghadap beliau untuk urusan bisnis perusahaan kami selaku, Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben).

Saya agak keder menghadapi beliau yang terkenal tegas. Begitu bertemu, Pak Naya berusaha mencairkan suasana dengan menceritakan latar belakang saya sebagai anak kolong yang berpindah-pindah asrama di kaki Gunung Slamet. Saya menambahi, antara lain di Glempang, Purwokerto dan menamatkan Sekolah Dasar (SD) di sana.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tiba-tiba beliau bertanya dengan logat Banyumas, di mana SD mu? Saya jawab, di SD Purwokerto Lor 1, dekat koplak bus Pasar Wage. Beliau ngakak, hahaha. Ok, you are genuine. Hanya orang Praketa (Purwokerto) yang tahu istilah koplak, atau stasiun bus. Pak Kun familiar dengan sebutan itu karena memang orang kelahiran Purwokerto 14 Maret 1947. Wafat kemarin 17 Desember 2023.

Setelah itu hubungan kami makin akrab, sampai beliau dan almarhum Pak Naya mengundang saya sebagai dosen di SBM ITB.

Selamat jalan Pak Kun. Semoga bertemu sahabat di surga, Pak Naya, Pak Nabiel dan Pak Sarwono-mentor mentor saya dalam kebijakan lingkungan.

Lalu ngomong-ngomong apakah koplak berasal dari bahasa Belanda? Arau justru bahasa Jawa? Sebab ada juga sebutan lain misalnya koplak dokar. Ingat dokar itu bukan berasal dari bahasa Jawa, melainkan bahasa Belanda/Eropa dari kata 'dog' dan 'car': kereta anjing.

Lagi pula ada juga kata Belanda yang lain yang mirip yakni 'kopeg' yang dahulu dikenal untuk menyebut orang keras kepala atau kepala batu. Kata koplak juga kini dipakai dalam bahasa Betawi untuk menyebut ngawur, misalnya dengan mengatakan: "koplak lu?"

Kenangan atas sebutan bahasa Jawa Banyumasan 'koplak' itulah yang terbawa hingga Pak Kuntoro wafat. Allahumaghfirlahu warhamu.