Budaya

Kekuasaan Bukan 'Rampogan': Refleksi Keabadian dan Guyonan Jawa Jelang Pemilu 2024

Seorang Raja Jawa menonton acara Rampogan (dual melawan harimau) di alun-alun kerajaan.
Seorang Raja Jawa menonton acara Rampogan (dual melawan harimau) di alun-alun kerajaan.

Oleh: Achmad Charris Zubair, mantan Dosen Filsafat UGM

Secara hakikat, menjadi Presiden, bukan wahana yang tepat untuk menduduki "Kursi Kekuasaan Otoriter dan Abadi."

Serta bukan juga pekerjaan tepat yang bisa dipakai untuk mengumpulkan "uang dan kekayaan". Jadi kekuasaan bukan pesta 'Rampogan', yakni duel antara manusia dengan binatang buas (harimau),

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Malah, bahkan mungkin itu sebuah beban berat yang akan ditanggung seumur hidup di dunia dan dipertanggungjawabkan di kehidupan sesudahnya.

Lalu mengapa harus diraih dengan kekerasan, mengadu domba, menebar fitnah dan kebencian.

Apalagi secara ma'rifat, siapapun yang jadi raja, kaisar, presiden, penguasa pada kurun waktu kapanpun dan tempat manapun sebenarnya sudah tercatat di 'lauh ul mahfudz'?

Jadi yang memang takdirnya dititahkan sekedar jadi asesori, tim sukses, supporter, buzzer, yang hakikatnya jadi buih atau jadi sekedar debu, Maka tidak perlu ikut memonyongpmoyongkan kan mulut, mengepalkan tangan, merasa memperjuangkan nilai sampai meledak-ledak..

Apalagi sampai saling membenci saudara dan sesama manusia.

Sebab yang namanya asesori kalau hilang tidak mempengaruhi adanya benda. Hilangnya buih tak menghilangkan eksistensi air, dan debu bukanlah penanda sejati besar kecilnya tiupan angin.

Sebagian besar manusia itu kalau sudah mati, kok dikenang dunia, anak cucunya sendiri kebanyakan sudah melupakannya.

Jadi jalanilah hidup dan kehidupan ini dengan semangat "guyon maton" saja.

Bukankah bagi seorang Muslim sudah diajarkan oleh Al Qur'an antara lain dalam surat surat al An'am: 32, al Ankabut: 64, Muhammad: 36, bahwa hidup dan kehidupan di dunia ini hanyalah permainan dan sendagurau belaka.

Kalau tahu kekuasaan dan dunia itu sandiwara maka kok kenapa dibuat serius?

Ngono yo ngono ning ojo ngono...!