Sejarah

Apa itu Rumah Blandongan Betawi?

Asitektur rumah Betawi dalam sinetron Si Deol Anak Sekolahan. (ilustrasi)
Asitektur rumah Betawi dalam sinetron Si Deol Anak Sekolahan. (ilustrasi)

Pernah dengar Kampung Blandongan di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat? Atau 'blandongan' sebagai bagian dari rumah tradisional Betawi Ora di Tangerang Selatan?

Foto di atas, terdapat dalam Oude Batavia Platen Album 1919, sebuah buku peringatan 300 tahun Batavia. Dalam teks singkat di bawah foto terdapat keterangan bangunan ini bernama Blandongan, dan merupakan satu-satunya peninggalan etnis Bali di Batavia yang masih tersisa sampai dekade kedua abad ke-20.

Penulis Oude Batavia Platen Album 1919 berspekulasi bangunan berasal dari era Abdullah Saban, satu-satunya orang Sumbawa yang tercatat mendiami Kampung Blandongan, Tambora. Abdullah Sabah adalah kapten tentara pribumi yang sukses menembus blokade Inggris atas Batavia di Teluk Jakarta. Namun tidak ada keterangan tahun bangunan ini berdiri.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Lantai bangunan lebih tinggi dari permukaan jalan. Ini mengingatkan kita pada masjid orang Bali di Kampung Angke. Empat tiang di tiap sudut memiliki ukiran di bagian atas. Bagian atap terdapat ukiran yang menurut para ahli menunjukan tipe khas Bali.

Ketika masyarakat Bali masih memegang tradisi Hindu, bangunan ini berfungsi untuk meletakan sesajen dan persembahyangan. Tidak diketahui sampai kapan sesajen diletakan di sini.

Yang pasti, setelah Masjid Kampung Angke berdiri, masyarakat Bali yang telah memeluk Islam mengikuti tradisi lain; membawa sedekahan -- namanya bukan lagi sesajen -- ke masjid pada acara-acara tertentu untuk dimakan bersama.

Sebelum Blandongan lenyap dari wilayah yang mengabadikan namanya, bangunan ini berfungsi sebagai tempat pertemuan warga. Jauh dari Tambora, rumah-rumah Betawi Ora di Tangerang Selatan punya 'blandongan' sendiri.

Blandongan di masyarakat Betawi Ora adalah bangunan terbuka di depan rumah inti. Lantai bangunan lebih tinggi dari permukaan jalan, dan berfungsi untuk menerima tamu dalam jumlah besar.

Bentuk blandongan di rumah masyarakat Betawi Ora cenderung empat persegi panjang, bukan segi empat. Tiang tanpa ukiran, dengan atap tanpa simbol khas keetnisan.

Sejumlah masyarakat Betawi Ora di Pamulang masih mempertahankan blandongan, tapi lainnya -- dalam jumlah sedemikian banyak -- tidak. Blandongan dalam masyarakat Betawi Ora terancam punah akibat desakan arsitektur rumah tinggal modern yang sederhana dan individualistik.