Agama

Memimpin Turbulensi dan Tugas Mulia Mengendalikan Permusuhan dan Perlawanan

Lorong gelap. (ilustrasi).
Lorong gelap. (ilustrasi).

Oleh: DR Yudi Latif, Cendikiawan Muslim dan Pemikir Ideologi Pancasila

Seorang elit negeri berdiri bimbang di lorong gelap tahun politik yang penuh permusuhan dan kelicikan. Berharap seorang guru bangsa menuntunnya ke jalan cahaya.

Sang guru pun berkata. Adakalanya kau harus mendingin, agar hawa panas di jiwamu berkondensasi menjadi embun.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Kemarahan dan kebencian tak bisa membawa keharmonisan. Tugas mulia pengendalian permusuhan dan perlawanan tak dapat diselesaikan dengan konfrontasi dan penghukuman. Sikap bermusuhan hanya akan memanaskan situasi, sedangkan rasa hormat yang sejati perlahan-lahan akan mendinginkan apa yang bisa menjadi ledakan. Kita harus menyadari seringnya terjadi kontradiksi antara manfaat jangka pendek dan kerugian jangka panjang" (Dalai Lama).

Adakalanya kau harus memanas, agar keras kepala orang-orang sekitarmu bisa ditempa menjadi perkakas.

Untuk bisa menempa besi jadi perkakas, seseorang butuh kecakapan pandai besi. Sebagai pandai besi, seseorang harus kuat untuk memanaskan dan membentuk logam menjadi perkakas besi yang kokoh.