Sejarah

Kabar dari Leiden: 'Membezuk Multatuli di Brussels

Prasasti tentang Multatuli.
Prasasti tentang Multatuli.

Oleh: DR Suryadi, Dosen Universitas Leiden, Belanda

Akhir minggu kemarin saya bersama keluarga ke Brussels lagi. Kota yang menjadi ‘ibukota’ Uni Eropa itu sudah beberapa kali kami kunjungi, tapi kami ingin ke sana lagi.

Seperti biasa, kalau kami berlibur, kami ingin menambah pengetahuan dan pengalaman, tidak sekadar hepi-hepi saja. Di Brussels (Bruxelles) kami mencoba menemukan situs sejarah yang terkait dengan Indonesia. Maka sampailah kami di Rue de La Montaigne 80. Kami juga mengunjungi tempat Bung Hatta dkk. menghadiri Konferensi Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial pada bulan Februari 1927. Mungkin nanti akan dibuat tulisan sendiri tentang itu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Rue de La Montaigne 80 adalah sebuah jalan yang tidak jauh dari Bruxelles Centraal (Stasiun Kereta Api Pusat Brussels). Di sisi kanan jalan ini terletak St. Michael and St. Gudula Cathedral. Di akhir abad 19 jalan ini bernama Bergstraat 80.

Dulu, di Rue de La Montaigne 80 ini ada sebuah hotel kecil bernama Louche Brussels Bar. Di sinilah selama dua bulan (September-Oktober 1859) Multatuli (pseudonym Edward Douwes Dekker) menulis novel Max Havelaar yang kemudian sangat terkenal.

Dekker, mantan Resident Lebak yang kritis terhadap bosnya sendiri di Batavia, didepak dari jabatannya, lalu dipulangkan ke Belanda pada 1856. Di Amsterdam dia hidup dalam hujatan mata-mata dan kata-kata sinis para pendukung kolonialisme Belanda yang tentunya mayoritas dalam masyarakat Belanda waktu itu.

Dekker dipersekusi secara sosial dan ekonomi. Ia dan keluarganya hidup dalam keadaan serba kekurangan. Oleh karena itu dia kemudian ‘menyingkir’ ke Brussels, lalu ke Jerman, untuk menghindari kejaran debt collectors.