Sekuler, Islamis, Hingga Tuduhan Teroris: Inilah Lebanon Selatan yang Selalu Membuat Jeri Israel?
Ibu kota Lebanon, Beirut di juluki permata Timur Tengah. Di sanalah tempat tujuan berbagai orang dari kawasan mideterania berlibur. Kota yang menjadi ibu kota Lebanon memang selalu semarak dalam 24 jam. Kota indah yang tak pernah tidur. Pantai berpasir putih dengan ombak yang tak terlalu tinggi selalu menjadi kenangan bagi yang pernah mengunjunginya.
Semua orang tahu warga Beirut kalau yang laki-laki ganteng, kalau yang perempuan rupawan. Istilahnya kalau ada 10 gadis Beirut jalan bersama ternyata ada 12 gadis yang cantik. Wajah gadis layaknya manekin atau boneka barbie gampang di temukan. Mereka bekerja di tempat biasa, misalnya pelayanan super market.
Tapi Beirut sebenarnya terbagi dua, yakni Beirut Utara dan Selatan. Semua tahu. Tiba-tiba nama Beirut selatan mendadak terkenal kembali. Ini karena ada seorang pejabat senior Hamas Saleh al-Arouri tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel di Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut.
Pemisah antara dua wilayah itu ternyata sebuah ruas jalan yang tak terlalu lebar namun memanjang. Dahulu wilayah perbatasan ini dikenal dunia dengan sebutan 'Green Zone' (Jalur Hijau) Lebanon. Jadi ketika melintasi ruas jalan itu tanpa terasa bulu kuduk meremang. Ini karena terbayang riuh peperangan yang kala itu setiap malam bisa disaksikan pada siaran berita Dunia Dalam Berita di TVRI setiap pukul 21.00 WIB.
Antara wilayah Beirut utara dan selatan perbedaanya bagi bumi dan langit. Balai utara nuansanya sangat profan dan sekuler. Patung Yesus baik yang berbentuk monument gampang ditemukan, baik di depan rumah warga maupun di bukit karena dijadikan monument. Belum lagi gedung megah berkubah yang ternyata itu bukan masjid, melainkan bangunan gereja.
Suasana religi bercampur profan ini terlihat semakin paradoks dengan banyaknya iklan perempuan berpakaian minim di berbagai papan reklame di pinggiran jalan. Ini juga bercampur dengan banyaknya pemandangan yang unik, yakni di sela-sela itu banyak perempuan berkerudung panjang dan memakai baju longgar meski mereka bukan Muslim. Mereka adalah para rohaniawati dari agama Kristen Ortodok atau Kristen Timur.