Ngayogyakarta Hadiningrat: Bedhol Kaprajan Hingga Plesten Yogya
Oleh: Achmad Charris Zubair, Gilsuf dan mantan dosen Filssafat UGM tinggal di Kotagede.
Sebuah prosesi bedhol kaprajan dari Ambarketawang ke kraton baru di bekas hutan Beringan, oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I.
Peristiwa ini menjadi penanda berdirinya kota tercinta Yogyakarta. Bahkan ada kisah dibaliknya yakni sebelum kota ini dibangun, Pangeran Mangkubumi harus "menundukkan" gentho alas Beringan lebih dahulu.
Yogyakarta banyak orang kemudian secara guyon tapi romantis menyebut bahwa kota ini dibangun dari campuran rasa manisnya gudeg, hangatnya teh nasgithel angkringan, warung murah yang tetap ramah nyaman didatangi walaupun hutang dan bayarnya setiap wesel datang, gairah seni budaya dan intelektualitas lewat obrolan di pinggir jalan dan gang kecil di kampung, serta pahitnya rasa kangen pada mantan yang akhirnya tak pernah jadi pasangan resmi.
Dan lagi ternyata satu-satunya kota di dunia yang bisa disebut dengan separuh kata depannya dan orang masih kenal itu YOGYAKARTA. Ketika orang menyebut Yogya, orang masih faham.
Ditulis dengan transliterasi "keliru"pun seperti Jogya, Jogja, Yogja, orang tidak salah terka dengan kota lain. Bahkan diplesetkan dengan Yoja saja masih dimengerti. Potongan kata, kekeliruan dan plesetan ini TIDAK MUNGKIN dilakukan untuk menyebut kota lain.