Politik

Anakku dan Pilpres: Belajar Soal Ketulusan Politik

Diskusi politik ibu dan anak. (ilustrasi).
Diskusi politik ibu dan anak. (ilustrasi).

Oleh: Swary Utami Dewi, Penulis dan Peneliti Masalah Sosial-Politik

Menjelang weekend panjang di aw Maret 2024 ini, aku mendapat kesempatan berbicara banyak dengan anak gadisku. Dia mulai dengan bercerita tentang pekerjaannya.

Anakku ini baru lulus kuliah dari Universitas Indonesia (UI) dan langsung bekerja di Production House (PH) yang cukup bergengsi di negeri ini.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Salah satu yang menarik dari obrolan kami saat dia mengungkapkan bagaimana atasannya di kantor berani mengatakan tidak pada salah satu tim pemenangan pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden, saat PH tersebut diminta untuk membuatkan serangkaian promosi media bagi paslon tersebut.

Aku bertanya apa alasannya? Anakku menjawab tidak tahu. Tapi menurutnya, dia salut karena sang bos berani untuk tidak menempatkan diri dan perusahaannya pada faktor penyumbang kerusakan negeri di saat-saat pemilu. Penyumbang kerusakan negeri? Aku berkernyit mendengar ucapannya.

Berita Terkait

Image

Semua Ada Akhirnya: Tak ada Yang Abadi, Apalagi Persahabatan Politik