Serangan Konser Musik di Moskow: ISIS-Khurosan Sebagai Teroris Proxy (bag 3, tamat)
Oleh: Dr Al Chaidar Abdurrahman Puteh, Pengamat Intelejen dan Dosen Departemen Antropologi, Universitas Malikussaleh.
Penggunaan kelompok teroris sebagai proxy oleh negara-negara yang berseberangan secara ideologi dan kepentingan politik menunjukkan kompleksitas geopolitik modern, di mana batas antara perang konvensional dan tidak konvensional menjadi semakin kabur.
Maka dengan memanfaatkan kelompok seperti ISIS-Khurasan, negara-negara dapat mencapai tujuan strategis mereka sambil menghindari sorotan internasional dan konsekuensi dari tindakan militer langsung.
Baca juga: Serangan Konser Musik di Moskow: ISIS-Khurosan Sebagai Teroris Proxy (bag 3, tamat)
ISIS-Khurasan, dikenal juga sebagai Islamic State Khorasan Province (ISKP), telah menjadi ancaman yang berkembang di Afghanistan dan wilayah sekitarnya. Menurut Clarke (2023), kelompok ini telah menyebar ke hampir seluruh 34 provinsi di Afghanistan dan memiliki anggota antara 1.500 hingga 2.200 orang.
Sejak Agustus 2021, ISKP telah melakukan hampir 400 serangan di Afghanistan dan wilayah Khyber Pakhtunkhwa di Pakistan. Serangan-serangan ini tidak hanya menargetkan pasukan keamanan, tetapi juga komunitas sipil, khususnya komunitas Hazara Syiah, sebagai bagian dari tujuan sektarian mereka.
ISKP juga telah melakukan serangan terhadap kepentingan asing, termasuk kedutaan besar Rusia dan Pakistan di Kabul, serta hotel yang sering dikunjungi oleh pengusaha Cina di Kabul, menunjukkan bahwa kelompok ini tidak hanya menargetkan Barat, tetapi juga negara-negara di kawasan tersebut.