Kisah Tahun-tahun Terakhir Jagal 'Westerling'
Oleh: Tegus Setiawan, Penulis Sejarah dan Jurnalis Senior.
Di tahun-tahuh terakhir hidupnya, Kapten Raymond Westerling melakukan dua hal untuk memperbaiki citra dirinya yang terlanjur disebut pembantai.
Pertama, menurut artikel di situs project2021.ntr.nl, ia meracau tentang AS yang meminta nasehatnya menghadapi gerilyawan Vietcong dalam Perang Vietnam. Kedua, dia mengumumkan sedang meniti karier baru sebagai penyanyi opera.
Yang pertama hoax. Yang kedua tak mendapat respon publik. Lalu dia menjadi penyendiri, sampai tiba waktu masuk ke liang lahat sendirian.
Meski demikian, cerita petualangannya masih menarik dibaca. Dimulai ketika ditunjuk menjadi komandan Pasukan Khusus (DST) dengan tugas membersihkan Sulawesi Selatan dari pemberontak. Soal bagaimana Westerling melakukannya, terserah saja.
Westerling dan DST menjadi terkenal dalam waktu singkat akibat banyaknya eksekusi. Sekitar 40 ribu penduduk Sulawesi Selatan tewas di ujung senapan prajuritnya.
Tahun 1949 di Bandung, ia membentuk Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dengan menarik prajurit KNIL yang tidak puas dengan arah politik Kerajaan Belanda di Konfereksi Meja Bundar. Tujuan APRA adalah menggulingkan Soekarno.
Westerling dan pasukannya memasuki Bandung merebut markas Divisi Siliwangi, dan memancing pertempuran terbuka. Westerling gagal. APRA mundur dari Bandung, dan Westerling menghilang.
Ia muncul di Singapura beberapa bulan kemudian, yang membuat orang bertanya-tanya; bagaimana dia melarikan diri. Saat itu terjadi, di sebuah kedai kopi di Bandung, Mayjen Rein van Langen -- kepala staf KNIL dan mantan komandan Brigade T -- merenungi keputusannya membantu penjahat perang melarikan diri.
Raymond Westerling meninggal 26 November 1987. Tidak ada cerita ia pernah menemui Van Langen, orang yang menyelamatkannya, sebelum menemui ajal.