Ke Mana Perginya Permainan Gigit Koin di Jeruk Yang DIlumuri Arang

Sejarah  
Permainan gigit koin yang dilakukan serdadu Belanda dii sebuah lapangan beberapa waktu sebelum terjadinya perjanjian KMB pada akhir tahun 1949,

Oleh; Teguh Setiawan, Penulis Sejarah

Saya lupa dari mana mendapatkan gambar ini. Yang pasti, ini gambar serdadu Belanda di Indonesia dalam satu perayaan, beberapa pekan sebelum usai Konferensi Meja Bundar (KMB).

Dulu, saat saya masih kecil, permainan ini selalu ada di setiap Perayaan HUT Kemerdekaan RI. Buah jeruk bali berselip sejumlah koin Rp 100 dilumur arang campur minyak.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Saya dan kawan-kawan seusia berebut menggigit koin itu dan menariknya. Alangkah senang jika dapat melakukannya, apalagi jika mendapat beberapa. Sebab setelah itu saya bisa jajan yang enak-enak.

Kini, permainan ini seolah lenyap. Saya tanya keponakan apa penyebabnya?

Keponakan saya nggak bisa jawab. Saya katakan permainan ini lenyap sekian lama, tapi kita — setidaknya saya dan mungkin yang lain juga — baru menyadarinya. Semua itu disebabkan satu hal, nilai rupiah kita terus turun dan koin tak lagi punya martabat di kalangan anak-anak.

Saat ini, pecahan terkecil koin rupiah adalah Rp 1.000. Bentuknya kecil. Jika diselipkan di jeruk bali yang dilumuri arang dan minyak pasti nggak bisa digigit.

Namun, bukan itu yang penting. Nggak ada anak-anak yang rela mulut belepotan arang untuk mendapatkan Rp 1.000 sampai Rp 2.000. Sebab tidak ada jajan mewah dengan Rp 2.000. Paling-paling dapat minuman dengan kandungan pemanis buatan.

Mungkin, kalau koin pecahan Rp 10 ribu, atau Rp 20 ribu, permainan ini akan muncul lagi. Sebab, senilai itulah jajan anak-anak kita saat ini.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image