Jangan Anti Bahasa Daerah Karena Justru Tembang Ketawang Puspawarna Itulah Kini Mengarungi Angkasa
Kalau hari-hari terakhir ini ada kesan meremehkan bahasa daerah ternyata pikiran itu sikap yang banal. Sebab, terbukti bila pada saat ini yang tengah mengarungi luar angkasa melalui pesawat Voyager 1 yang meluncur dekade akhir 1970-an, ternyata bukan lagu berbahasa Indonesia, melainkan lagu daerah, yakni tembang Jawa yang berjudul 'Tembang Ketawang Puspawarna'.
Bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Puspa Warna itu artinya aneka warna bunga. Puspa' (bunga/kembang) dan 'warna' (pantulan/spektrum cahaya atas benda). Lagu ini melintasi alam raya di bawa dalam pesawat penjelajah ruang angka Voyager. Dalam pesawat itu dibawa rekaman berbagai jenis lagu dari seluruh dunia dengan sebutan album Voyager Golden Record.
Rekaman tembang Puspawarna diiringi gamelan yang ditabuh para pengrawit (peain gamelan Jawa) dari istana Paku Alaman, Yogyakarta. Rekaman tembang itu dipimpin oleh KRT Wasitodipuro (sekarang KPH Natoprojo), direkam oleh Robert E. Brown. Rekaman tembang ini disertakan pada piringan emas Voyager yang dikirim pada pesawat ruang angkasa Voyager 1 sebagai ucapan pada makhluk luar angkasa yang mungkin menemukan atau menjumpai pesawat ini dalam penjelajahannya di angka raya..
Seperti diketahui Pesawat Voyager 1 adalah pesawat ruang angkasa yang diluncurkan oleh NASA pada tahun 1977, untuk mempelajari sistem tata surya. Sampai saat ini Voyager masih di angkasa berada di heliosheath, yang merupakan lapisan terluar dari heliosphere.
Pada tanggal 15 Juni 2012, para ilmuwan NASA melaporkan bahwa Voyager 1 mungkin sangat dekat dengan memasuki ruang antar bintang. Pesawat ini menjadi obyek buatan manusia pertama yang meninggalkan tata surya.
Tembang Jawa Puspawarna masuk ke dalam rekaman Abum Voyager Golden Record berkat jasa seorang Astronom Amerika Serikat yang bernama Carl Sagan. Astronom yang merupakan salah satu ahli luar angka yang menganjurkan penyelidikan ilmiah skeptis dan metode ilmiah, memielopori exobiology dan mempromosikan pencarian makhluk angkasa Extra-Terrestrial Intelligence (SETI), jatuh cinta atau 'kesengsem' pada lagu berbahasa dan bergenre Jawa ini. Dalam sebuah percakapan dia mengaku lagu ini sangatlah indah. Sangat unik untuk menjadi penanda bahwa lagu ini salah satu ciri makhluk hidup yang tinggal di planet bumi.
Bila dikaji lebih dalam lagi, tembang Ketawang Puspawarna itu bisa dimaikan dalam titi nada slendro dan pelog. Tembang ini biasanya dialunkan dalam prosesi pengiringan penganten saat manten perempuan dan laki-laki bertemu menuju pelaminan. Selain itu juga tembang ini lazim dipakai untuk mengiringi tarian.
Tembang Ketawang Puspawarna ini teks dan melodinya dibuat oleh Pangeran Mangkuegara IV atau raja Mangkunegaran Solo yang bertahta pada tahun 1853-1881. Iramanya mendayu melambangkan kesemarakan taman bunga yang melambangkan beragam suasana. Nuansa lagu ini mirip lagu klasik Eropa karya Ludwig van Beethoven: Für Elise. Nadanya yang ceria sekaligus syahdu naik turun. Isi syairnya sangat bernas. Terdiri dari 7 gerongan (sahutan) kembang dengan masing-masing bait terdiri 3 baris.
Kembang kencur, kacaryan anggung cinatur
Sedhet kang sarira, gandhes ing wiraga
Kewes yen ngandika, angengayut jiwa
Kembang blimbing, pinethik bali ing tebing
Maya-maya sira, wong pindha mustika
Ratuning kusuma, patining wanodya
Kembang duren, sinawang sinambi leren
nDalongop kang warna, sumeh semunira
Luwes pamicara, angengayut driya
Kembang aren, tumungkul aneng pang duren
Sadangune kula, mulat ing paduka
Anganggit puspita, temahan wiyaga
Kembang gedhang, manglung maripat balumbang
Patute wong ika, tedhaking ngawirya
Semune jatmika, solahe prasaja
Kembang jati, sinebar ngubengi panti
Anjanggleng kawula, ngentosi paduka
Sewu datan nyana, lamun nimbangana
Kembang jambe, megar ngambar wayah sore
Kemayangan kula, kedatangan paduka
Pangajabping karsa, paringa nugraha
Artinya:
(selamanya hamba mencontoh paduka
mencipta tembang untuk dimainkan para wiyaga/pebanuh gamelan
bunga pisang, condong ke dalam kolam
patutnya orang itu kerurunan bangsawan
ekpresinya halus, tingkahnya sederhana
bunga jati, disebar mengitari panti
terkejut hamba menanti paduka
seribu kali tidak dikira, tapi imbangilah
bunga jambe mekar harum kala senja
kebayang rasa cinta hamba kedatangan paduka
pengharapan kehendak, maka berilah anugerah)