Pasukan AS Tiba di Jerman: Apakah Perang Dunia III Bermula dari Ukraina? Bagaimana Indonesia?
Bila dahulu perang dunia I di picu oleh pembunuhan bangsawan Eropa di jembatan tua peninggalan Ottoman di Mostar Bosnia, apakah kini perang dunia III berawal dari krisis di Ukraina. Tanda-tanya sudah ada, yakni dikerahkannya pasukan Amerika Serikat ke Jerman sebagai markas Nato. Pasukan lintas udara itu dikirim ke Jerman dari pangkalan militer Merika di Fort Bening.
Suasana ini mengingatkan kembali pada suasana di awal perang dunia II yang berlagsung antara tahun 1936-1945. Kala itu Eropa dikuasaii pasukan Nazi, Amerika Serikat sempat tenang-tenang. Ia tak bereaksi apa-apa. Bahkan indrustiawan mobil Amerika Henry Ford mendapat penghargaan oleh pemerintahan Hitler karena banyak menyumbangkan dana untuk Nazisme.
Namun sikap itu berbalik pada tahun 1939. Konon lagi-lagi Amerika Serikat mau campur tangan ke perang di Eropa karena kepentingannya terganggu. Apalagi saat itu mulai ada pesaing kekuatan militer lain di Asia, yakni Jepang. Suasana perang di Eropa dan Asia tentu saja membuat gerah Amerika Serikat. Dengan banyak manuver dan dalih akhirnya Amerika menceburkan diri ke perang yang paling mematikan dalam sejarah dunia karena menewaskan lebih dari 70 juta manusia.
Isyarat Amerika akan campur tangan kembali itu muncul dalam krisis antara Rusia dan Ukraina yang melibatkan negara-negara Eropa. Kini, seoerti dilansir Al Jazeera.com, pasukan AS pertama yang dikerahkan ke Eropa untuk memperkuat sekutu NATO Washington telah tiba di Jerman. Ini mengutip pernyataan dari pihak Komando militer AS untuk Eropa.
Sementara itu, China pun sudah bersatu dengan Rusia pada hari Jumat ketika krisis Ukraina meningkat. Mirip dengan awal perang dunia II, Presiden Xi Jinping bergabung dengan Vladimir Putin dalam menentang ekspansi NATO lebih lanjut. Mereka seakan membentuk 'negara poros'.
Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan pada hari Jumat setelah presiden Rusia bertemu Xi di Beijing, kedua kekuatan itu meminta NATO untuk “meninggalkan pendekatan ideologis Perang Dingin”.
Amerika Serikat dan mitra-mitra Eropanya khawatir Rusia mungkin sedang mempersiapkan serangan terhadap tetangganya mengingat Moskow memiliki lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan bersama kedua negara. Tetapi Kremlin menyangkal rencana tersebut dan malah menyalahkan Washington dan NATO karena merusak keamanan kawasan. Apalagi Ketua konferensi keamanan Eropa menunjuk bila Jerman harus mengirim senjata Ukraina.
Adanya kenyataan itu, mau tidak mau, "Jerman harus meningkatkan kepemimpinannya di panggung internasional dan meliberalisasi kebijakan ekspor senjatanya, termasuk mempertimbangkan pengiriman senjata ke Ukraina," kata kepala Konferensi Keamanan Munich (MSC) masa depan, Christoph Heusgen, dalam sebuah wawancara.
Heusgen mengatakan bahwa Berlin menunjukkan kepemimpinan politik dalam krisis . Ini misalnya, menghidupkan kembali format pembicaraan Normandia dengan perwakilan dari Ukraina, Rusia, Prancis, dan Jerman.
"Tetapi Jerman harus mempertimbangkan untuk mengekspor senjata sehingga Ukraina juga dapat mempertahankan diri," kata Heusgen, mantan diplomat senior Jerman yang akan mengambil alih MSC pada sebuah acara beberapa waktu lalu. "Menggunakan sejarah sebagai alasan tidak lagi tepat atau bahkan logis," katanya.
Wah, kalau begitu jadi nih perang dunia III. Di barat ada krisis Ukraina, di Timur Tengah bara konflik masih menyala, di Laut China Selatan, sudah ancang-ancang perang.
Dan bila semua itu terjadi Indonesia pun pasti terseret. Apalagi Indonesia punya kekayaan alam menggiurkan sebagai sumber energi masa depan setelah minyak, yakni nikel yang menjadii bahan baku utama untuk membuat baterei mobil listrik.
sumber: Aljazeera.com