Budaya

Mau Cepat Kaya, Pelihara Tuyul Sono. Berani...?

Sosok tuyul. (ilustrasi)
Sosok tuyul. (ilustrasi)

Selain mengkaji soal memedi seperti genderuwo dan wewe, makhluk halus seperti jin, pakar antropolog Amerika Serikat Clifford Geerz dalam penelitiannya di Pare pada 1950 yang bertajuk 'Religion of Java' (Agama Jawa), meneliti juga soal tuyul. Menurutnya tuyul adalah makhluk halus anak-anak, 'anak-anak yang bukan manusia'.

Orang Jawa percaya antara tuyul dengan memedi dan makhluk halus berbeda. Tuyul tidak menakut-nakuti seperti 'memedi' (hantu) atau makhluk halus yang bisa membuat celaka dengan membuat sakit da kesurupan. Bahkan Tuyul disenangi manusia.

Mengapa Tuyul disenangi manusia? Kata Geertz, karena bisa membantu manusia menjadi kaya. Kata orang Jawa, kalau ingin berhubungan dengan mereka, orang harus berpuasa dengan bersemadi; tak lama kemudian, orang itu akan bisa melihat mereka dan selanjutnya bisa memperkerjakan mereka buat kepentingannya sendiri. Kalau mau kaya, tuyul bisa disuruh mencuri uang. Mereka bisa menghilang dan bepergian jauh dalam sekejap sehingga tak kesulitan dalam mencari uang untuk tuannya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dalam jenis tuyul diantaranya ada yang disebeut mentek, Mereka pun anak-anak kecil yang tak berpakaian sama sekali, sementara orang lainnya mengatakan mentek itu saudara sepupunya Tuyul.

Bila tuyull mentek dipelihara di desa mereka tinggal di sawah. Tuyul jenis ini bisa disuruh menghisap bulir-bulir pada orang lain agar berpindah ke bulir padi yang tumbuh pada sawajh sang tuan yang menyuruhnya. Sementara bila sang tuan tinggal di kota tuyul mencuri uang pedagang di pasar atau di dalam rumah warga.

Orang Jawa sadar bahwa memelihara tuyul dan mentek tidak baik dan akan menerima balasan dari Tuhan. Namun mereka percaya juga, selagi hidup memang terasa menyenangkan kalau pelihara dua makhluk halus anak-anak ini.

Bahkan orang Jawa percaya bila pelihara tuyul akan mengalami masa sekarat yang lama dan berat sekali sebelum meninggal. Mereka akan mengalami nafas yang makin lama makin pendek serta pelan-pelan meninggal dengan sangat menyakitkan.

Ciri orang yang memelihara tuyul menurut orang Jawa ada beberapa kategori. Mereka meski pun kaya tetapi kiikir terlebih pada orang miskin. Mereka selalu berpakaian buruk, mandi di kali bersama orang miskin, tidak makan nasi hanya makan jagung dan ubi, padahal rumahnya selalu penuh dengan emas.

Selain itu ciri lainnya orang yang pelihara tuyul adalah banyak melakukan tindakan penyimpangan sosial. Mereka bicara keras, agresif, kurang beradat, berpakaian kedodoran, mempunyai kebiasaan yang kurang bersifat Jawa, yaitu berbicara secara spontan tanpa dipikir terlebih dahulu. Bahkan bertingkah layaknya binatang buas.

Namun sebelum memperoleh tuyul, maka sang tuan harus membuat perjanjian dengan para tuyul itu. Lazimnya dia harus bersedia menyerahkan orang mati setiap tahun kepada makhluk halus itu. Sang tuan bisa mencari korbannya ke mana saja, malah konon sampai ke Makkah segala.

Fenomena ini pun pada zaman milenial ada tantangannya. Sebab, apakah bisa tuyul mencari uang tersimpan dalam ATM, aplikasi mobile banking, dan saham yang tercatat yang ada di bursa? ha.. ha..

Dan uniknya, di mala lau meski makhluk halus tuyul sering juga dijadikan film komedi seperti film bertajuk 'Tuyul Eeh Ketemu lagi' yang diperankan H Bokir, Ateng, dan Iskak seperti di bawah ini: