Sejarah

Fosil Wanita Indonesia Berusia 7.000 Tahun Membentuk Kembali Pandangan Tentang Manusia Purba

Arkeolog mengunjungi gua Leang Panninge selama penelitian batu purba di provinsi Sulawesi Selatan di Indonesia September lalu [File: Abd Rahman Muchtar/Reuters]

Jejak genetik dalam tubuh seorang wanita muda yang meninggal 7.000 tahun yang lalu telah memberikan petunjuk pertama bahwa pencampuran antara manusia purba di Indonesia dan yang berasal dari Siberia jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Teori tentang migrasi manusia purba di Asia dapat diubah oleh penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature pada bulan Agustus. INI TERJADI setelah adanya analisis asam deoksiribonukleat (DNA), atau sidik jari genetik, dari wanita yang diberi pemakaman ritual di gua Indonesia. kabar ini telah dilaporkan mengutup berita antor berita Reuters yang melaporkan temuan ini pada waktu lalu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Ada kemungkinan bahwa wilayah Wallacea bisa menjadi titik pertemuan dua spesies manusia, antara Denisovans dan homo sapiens awal,” kata Basran Burhan, seorang arkeolog dari Universitas Griffith Australia.

Burhan, salah satu ilmuwan yang ikut dalam penelitian tersebut, merujuk pada wilayah Indonesia yang mencakup Sulawesi Selatan, di mana ditemukan jasad yang dikubur dengan batu di tangan dan di panggulnya, di kompleks gua Leang Pannige.

Denisovans adalah sekelompok manusia purba yang dinamai dari sebuah gua di Siberia tempat jenazah mereka pertama kali diidentifikasi pada tahun 2010. Para ilmuwan hanya memahami sedikit tentang mereka, dan bahkan detail penampilan mereka tidak diketahui secara luas.

DNA dari Besse, demikian para peneliti menamai wanita muda di Indonesia, menggunakan istilah untuk bayi perempuan yang baru lahir dalam bahasa daerah Bugis, adalah salah satu dari sedikit spesimen yang terpelihara dengan baik yang ditemukan di daerah tropis.

Ini menunjukkan bahwa meskipun dia adalah keturunan dari orang-orang Austronesia yang umum di Asia Tenggara dan Oseania, dia juga memiliki jejak genetik Denisovan, kata para ilmuwan.

“Analisis genetik menunjukkan bahwa penjelajah pra-Neolitikum iniberbagi penyimpangan genetik dan kesamaan morfologi paling banyak dengan kelompok Papua dan Pribumi Australia saat ini,” kata mereka di koran.

Jenazah saat ini disimpan di sebuah universitas di kota Makassar di Sulawesi Selatan.

DNA dari Besse, demikian para peneliti menamai wanita muda di Indonesia ini adalah salah satu dari sedikit spesimen yang terpelihara dengan baik yang ditemukan di daerah tropis [File: Abd Rahman Muchtar/Reuters]
DNA dari Besse, demikian para peneliti menamai wanita muda di Indonesia ini adalah salah satu dari sedikit spesimen yang terpelihara dengan baik yang ditemukan di daerah tropis [File: Abd Rahman Muchtar/Reuters]

DNA dari Besse, demikian para peneliti menamai wanita muda di Indonesia ini adalah salah satu dari sedikit spesimen yang terpelihara dengan baik yang ditemukan di daerah tropis [File: Abd Rahman Muchtar/Reuters]

Sampai saat ini, para ilmuwan mengira orang-orang Asia Utara seperti Denisovans baru tiba di Asia Tenggara sekitar 3.500 tahun yang lalu.

DNA Besse mengubah teori tentang pola migrasi manusia purba tersebut dan mungkin juga menawarkan wawasan tentang asal-usul orang Papua dan penduduk asli Australia yang memiliki DNA Denisovan.

sumber: Aljazeera.com