Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Senja Aisha Zara

Doa yang tidak akan Tertolak: Berdoa Ketika Perang atau Jihad di Jalan Allah

Agama | 2025-02-24 21:09:03

Secara bahasa, jihad berasal dari kata jahada yang berarti "bersungguh-sungguh" atau "berusaha dengan keras". Dalam konteks Islam, jihad tidak selalu berarti perang (qital), tetapi mencakup berbagai bentuk perjuangan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan umat Islam.

Di era modern, jihad dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk, antara lain:

1. Jihad Melawan Hawa Nafsu (Jihad an-Nafs)

Ini adalah jihad terbesar, yaitu berjuang untuk mengendalikan hawa nafsu, menjauhi dosa, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Contohnya adalah menahan diri dari kemaksiatan, memperbanyak ibadah, serta meningkatkan akhlak dan ilmu agama. Rasulullah bersabda:

"Mujahid adalah orang yang berjihad melawan dirinya sendiri dalam rangka menaati Allah." (HR. Tirmidzi, hasan shahih)

Orang yang berusaha melawan hawa nafsunya demi taat kepada Allah berarti sedang berada di jalan yang dicintai-Nya, sehingga doanya lebih mudah dikabulkan.

2. Jihad dengan Ilmu dan Dakwah

Menyebarkan ilmu yang benar tentang Islam, baik melalui ceramah, tulisan, media sosial, maupun pendidikan. Dalam konteks ini, para ulama, dai, dan pendidik memainkan peran penting dalam membimbing masyarakat menuju kebaikan. Rasulullah bersabda:

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain." (HR. Thabrani)

Orang yang berjihad dengan ilmu dan dakwah memberi manfaat besar kepada umat. Jika mereka berdoa untuk kebaikan umat atau diri sendiri, kemungkinan besar doa mereka akan dikabulkan.

3. Jihad Melawan Kemiskinan dan Kebodohan

Berjuang untuk meningkatkan kesejahteraan umat Islam dengan cara memberikan pendidikan, menciptakan lapangan kerja, dan membantu orang-orang yang kurang mampu. Ini termasuk usaha dalam bidang ekonomi Islam, zakat, wakaf, dan sedekah. Allah berfirman:

"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (berjihad) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-‘Ankabut: 69)

Jika seseorang berjihad dengan niat yang benar untuk mengentaskan kemiskinan dan kebodohan, Allah akan membimbingnya dan doa-doanya lebih mudah dikabulkan.

4. Jihad dalam Politik dan Sosial

Memperjuangkan keadilan, menegakkan hukum yang adil, serta melawan segala bentuk ketidakadilan, korupsi, dan penindasan. Hal ini dapat dilakukan melalui jalur pemerintahan, aktivisme sosial, maupun organisasi kemanusiaan. Allah berfirman:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil...” (QS. An-Nisa: 58)

Orang yang berjuang dalam politik dan sosial dengan tujuan menegakkan keadilan berarti sedang menjalankan perintah Allah. Jika mereka berdoa agar keadilan ditegakkan, maka doa mereka lebih berpeluang dikabulkan.

5. Jihad Melalui Teknologi dan Media

Menggunakan teknologi dan media untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang benar, melawan hoaks, serta memberikan konten yang mendidik dan bermanfaat bagi masyarakat. Allah berfirman:

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali 'Imran: 104)

Jika seseorang menggunakan media untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka ia termasuk dalam golongan yang beruntung, dan doa mereka lebih besar kemungkinan dikabulkan.

6. Jihad dengan Harta dan Tenaga

Membantu orang-orang yang membutuhkan, baik dalam bentuk bantuan materiil, tenaga, maupun keahlian, seperti membantu korban bencana, mendukung pembangunan fasilitas umum, serta mendukung perjuangan umat Islam yang tertindas di berbagai belahan dunia. Rasulullah bersabda:

“Barang siapa mempersiapkan (membantu) orang yang berperang di jalan Allah, maka sesungguhnya dia juga telah ikut berperang.” (HR. Bukhari & Muslim)

Bahkan jika seseorang tidak bisa berperang langsung, tetapi mendukung dengan hartanya, maka ia tetap mendapatkan pahala jihad. Karena itu, doanya lebih berpeluang dikabulkan.

7. Jihad dalam Bentuk Perang (Qital fi Sabilillah)

Ini adalah jihad dalam arti fisik, yaitu perang untuk membela diri dari agresi dan penindasan yang sah menurut syariat Islam. Namun, jihad jenis ini hanya dapat dilakukan dengan aturan yang jelas dan dalam situasi tertentu, seperti membela diri dari serangan musuh yang zalim. Rasulullah bersabda:

"Ada tiga doa yang tidak tertolak: doa orang yang terzalimi, doa orang yang berpuasa hingga dia berbuka, dan doa seorang yang berperang di jalan Allah." (HR. Ahmad)

Dalam kondisi seperti ini, hati mereka sangat dekat dengan Allah, dan doa yang mereka panjatkan menjadi lebih mustajab. Allah menjanjikan derajat yang tinggi bagi mereka yang berjuang di jalan-Nya. Dalam Al-Qur'an disebutkan:

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki." (QS. Ali Imran: 169)

Sepanjang sejarah Islam, banyak kisah yang menunjukkan bagaimana doa di saat perang menjadi mustajab dan membawa kemenangan bagi kaum Muslimin. Salah satu contoh paling terkenal adalah Perang Badar. Rasulullah dan pasukan Muslim yang berjumlah hanya sekitar 313 orang harus menghadapi pasukan Quraisy yang jauh lebih besar, yaitu sekitar 1.000 orang. Dalam kondisi genting ini, Rasulullah berdoa dengan penuh harap kepada Allah:

"Ya Allah, jika pasukan kecil ini hancur, maka tidak ada lagi yang akan menyembah-Mu di bumi ini."

Allah mengabulkan doa Rasulullah, dan pasukan Muslim mendapatkan kemenangan besar meskipun dalam jumlah yang lebih kecil. Doa seorang yang berperang di jalan Allah menjadi sangat istimewa karena mereka berada dalam kondisi yang penuh ketulusan, keikhlasan, dan kebergantungan kepada Allah.

Sebagai umat Islam, kita harus memahami bahwa doa adalah senjata utama seorang Muslim, baik dalam kondisi damai maupun saat menghadapi tantangan besar. Dengan memahami waktu-waktu mustajab untuk berdoa, kita bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan pertolongan-Nya dalam segala aspek kehidupan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image