Sejarah

Ironi Bung Karno: Kita Bukan Bangsa Tempe!

Penjual tempe di pasar Jakarta pada tahun 1950-an

Foto di atas suasana pasar di Jakarta tahun 1950-an. Terlihat begitu banyak penjual tempe. Dagangan mereka sangat komplit.

Meski sudah jadi makanan rakyat, kala itu Bung Karno masih menganggap remeh tempe. Kesannya, tempe makanan murahan yang gak elit seperti steak, sosis, atau keju yang merupakan makanan para noni dan sinyo Belanda itu.

Dalam sebuah pidato, Bung Karno bicara soal tempe ini. Khusunya, Indonesia bukan lagi disebut bangsa tempe: Kita sudah digembleng di kawah candradimuka revolusi. Kita bukan bangsa tempe...! Begitu kata Bung Karno dalam suatu pidato di sebuah akun-alun.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dan perumpamaan Bung Karno kala itu itu betul adanya. Itu jaman tempe merupakab barang murah dan mudah didapat.

Kita mengenal kuliner ini yang kemudian dikasih nama tempe yang sebebanrya berasal dari bangsa-bangsa dikawasan Carribea yang penghasil kedelai.

Kita pun memproduksi kedelai. Dari kedelai muncul tempe dan tahu. Bahkan, di jaman revolusi pun tempe tidak pernah langka. Bedanya, di zaman sekarangi tempe malah terancam langka. Ini sudah dimulai dengan langknta minyak goreng, lalu berikutnya tempe ikut-ikutan langka.

Seorang mentri berkata:"Tempe langka gara-gara China kasih makan babi dengan kedelai." Ini lucu karena babi itu hewan yang doyan apa saja, kenapa mesti kedelai? Seorang kawan berkisah waktu dia bermalam di sebuah kampung di Indochina lagi asyik buang hajat di-semak-semak tahu-tahu jjatuh tersungkur diseruduk babi. Tuan rumah tertawa-tawa, Itu babi sudah tak sabar menunggu mau sikat ente punya output. "Yoo jongkok kelama'an tuh?"

Sulit untuk dipahami kenapa minyak goreng dan kedelai susah didapat. Penimbunan? Belum ada bukti. Mungkin gangguan pada ssistenn distribusi. Tapi ini perlu penelitian.

Kenapa kedelai sasaran, ini 'kan kebutuhan rakyat kecil. Minyak goreng juga obje saa,, semua orang perlu minyak goreng 'kan?

Krisis di era jelang meta verse sekarang ini tak mudah dipahami. Dalam diksi perang disebut proxy war. Betapa sulit kita memahami situasi di Ukraina. USA sempat memastikan Rusia akan menyerang Ukraine 16/2/2022, taunya tak ada apa-apa.

Sebentar lagi yang bergentayangan avatar bukan real person. Avatar penjelmaan real person yang tak doyan tempe, dan kita saat itu mungkin masih bergulat dengan real problem langkanya tempe.

Maka hadapilah kesulitan dengan sabar. Sabar itu konservasi enegii. Baik ketika konon era digital mau ditinggalkan dan masuk ke era meta verse, variable tetap buat hidup adalah energi.

Ketika dulu memasuki era digital seraya tinggalkan manual, tak berasa apa-apa kan? Maka, nanti juga begitu. Pas masuk meta verse karena yang diubah kan cuma cara bekerja saja, sedangkan kebanyakan kita masih mencari lowongan kerja.

Berani kita remehkan tempe yang kedelainya ternyata barang impor itu?

Penuis: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi,