Pertaruhan Nasib Muslim Tatar Pada Perang Ukraina-Rusia
![Muskim Tatar tengah berdoa bersama.](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/ma4dawuhzf.jpg)
Rusia menyatakan perang terhadap Ukraina pada hari Kamis. Membuat pengumuman, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan tentara Ukraina untuk meletakkan senjata mereka dan kembali ke rumah mereka. Dimulainya perang telah menimbulkan kekhawatiran atas warga sipil yang tinggal di Ukraina, terutama komunitas Muslim Tatar Krimea yang minoritas.
Tatar Krimea adalah orang-orang Muslim Turki, yang telah diusir dari rumah mereka pada tahun 1944 dan 2014. Kelompok minoritas itu sekarang mengkhawatirkan dampak perang Rusia-Ukraina.
Erfan Kudusov, 53, berusia dua puluhan ketika Tatar Krimea kembali ke tanah air mereka setelah lebih dari 45 tahun diasingkan secara paksa.
“Orang yang lebih tua, ketika mereka pertama kali turun dari pesawat, mereka mencium tanah. Orang-orang menangis dengan kebahagiaan; mereka kembali ke tanah air mereka,” katanya kepada Al Jazeera.
TATAR KRIMINIA DAN PENGUNGSI PAKSA
Tatar Krimea adalah etnis minoritas Muslim yang berasal dari Semenanjung Krimea, di pantai utara Laut Hitam. Pada tahun 1944, di bawah perintah Joseph Stalin, semua 180.000 Tatar Krimea yang tinggal di Krimea dipaksa naik kereta ternak dan diasingkan ke Uzbekistan.
Menurut perkiraan, sekitar setengah dari mereka meninggal baik selama perjalanan ke Uzbekistan atau karena penyakit dan kelaparan berikutnya selama dua tahun pertama mereka di pengasingan. Deportasi ini diakui sebagai genosida oleh beberapa negara, termasuk Ukraina.
Dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, semenanjung menjadi bagian dari Ukraina, dan Tatar Krimea dapat kembali ke tanah air mereka.
Namun, itu tidak mudah untuk kembali ke tanah yang pernah mereka kenal. Masyarakat menghadapi beberapa tantangan, seperti terhalang untuk membeli atau menyewa rumah.
Selain diasingkan secara paksa, Tatar Krimea juga menghadapi stigma dan diskriminasi setelah puluhan tahun propaganda Soviet menyebut mereka sebagai kolaborator Nazi. Stigma itu disebarkan meskipun puluhan ribu Tatar Krimea telah bertugas di Tentara Merah.
ANEXASI RUSIA TERHADAP KRIMEA
Pada Maret 2014, Rusia secara resmi mencaplok Krimea setelah referendum yang disengketakan dan ditolak secara internasional. Setelah aneksasi, pasukan pendudukan segera mulai menindak Tatar Krimea dan aktivis pro-Ukraina.
Pihak berwenang Rusia juga melarang Mejlis, badan perwakilan Tatar Krimea, dengan melabelinya sebagai pakaian ekstremis.
Sekitar 10 persen Tatar Krimea telah pindah dari semenanjung itu sejak pencaplokan, seringkali ke Kherson, sebuah kota di Ukraina selatan, atau Kyiv.
TATAR KRIMEAN DI UKRAINA
Beberapa tempat di sekitar Kyiv sekarang menampilkan bendera Tatar Krimea. Kamila Yurchenko, yang bekerja di Administrasi Keagamaan Muslim Ukraina, menggambarkan minoritas sebagai bagian integral dari komunitas Muslim "multinasional" Ukraina.
Diperkirakan ada 100.000 Muslim yang berlatih di Kyiv saja, banyak dari Uzbekistan, Azerbaijan dan Kazakhstan. Ada sekitar 400.000 Muslim di Ukraina, dengan mayoritas Tatar Krimea.
Masa depan Muslim Tartar ini sekarang sangat tergantung pada hasil perang ini.
"Ukraina adalah tanah air kami, dan kami khawatir apa yang akan terjadi padanya dan apa yang akan terjadi pada kami," kata Yurchenko.
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/b33074a3bb9e0152444af39cb7720ee0.jpeg)