Humor BJ Habibie: Kuis Tinggi Tiang Bendera Berhadiah Sepatu Baru Santri Madura

Politik  
BJ Habibie. Foto ikonik ini yang dimuat diberbagai media massa dalam dan luar negeri serta dikutip di media sosial karya fotografer Republika, Edwin Dwi Putranto. Kala itu dia melakukan sesi khusus pemotretan bersama BJ Habibie di rumahnya yang berada di bilangan Kuningan, Jakarta. Edwin di situ baru paham ternyata Habibie sangat paham atas seluk beluk pemotretan dan kamera. Terkait foto ini Edwin hanya menyangkan mereka memuat foto tanpa minta izin darinya dan Republika.
BJ Habibie. Foto ikonik ini yang dimuat diberbagai media massa dalam dan luar negeri serta dikutip di media sosial karya fotografer Republika, Edwin Dwi Putranto. Kala itu dia melakukan sesi khusus pemotretan bersama BJ Habibie di rumahnya yang berada di bilangan Kuningan, Jakarta. Edwin di situ baru paham ternyata Habibie sangat paham atas seluk beluk pemotretan dan kamera. Terkait foto ini Edwin hanya menyangkan mereka memuat foto tanpa minta izin darinya dan Republika.

Mantan Presiden BJ Habibie memang diakui sebagai orang pintar. Dengan disertasi yang hanya setelah 59 halaman tentang retakan pesawat dia mampu lulus secara 'Cum Laude' di Universitas Teknologi Aachen, Jerman. Dalam sampul disertasi tipis berbahasa Jerman yang dipenuhi hitungan 'matematika integral' itu Habibie menyebut dirinya orang asal sebuah kota kecil di Sulawesi Selatan, yakni Pare-Pare: "Habibie Aus Pare-Pare."

Setelah itu dia menjadi general manajer di industri strategis Jerman yang memproduksi berbagai macam peralatan militer, dari pesawat terbang hingga rudal. Lebih dari 50 halk paten dia punyai. Dan hak royaltinya bisa dinikmati oleh keturuannya karena hak rolayti itu melekat sampai 50 tahun setelah seseorang wafat.

Setelah pulang ke Indonesia Habibie menjabat menteri riset dan teknologi. Tak tanggung tanggung jabatan ini diembannya hingga sekitar 25 tahun. Sepanjang kurun itu ia menjabat kepada dari berbagai industri strategis Indonesia, dari pesawat terbang, kapal, senjata dan lainnya. Para ibu kala itu sangat mengidolakannya. Sebutan yang terkenal saat itu para ibu selalu mendoakan putra-putrinya cerdas seperti Habibie. Soal ini pernah dipidatokan di sidang umum MPR/DPR di Senayan oleh seorang anggota DPR asal Aceh: ibu Nurdiati Akma. Bahkan Habibie juga disanjung sebagai orang jenius dalam lagu pop, lagu Oemar Bakri karya Iwan Fals pada awal 1980-an.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Namun, meski orang pintar karena terdidik secara barat Habibie menjadi orang yang sangat egaliter. Kehidupan dengan lama tinggal di Jerman semenjak masa remaja sampai menjadi pejabat tinggi disebuah perusahaan terkemuka Jerman, tampak sekali memengaruhinya. Habibie sudah bersekolah di Jerman usai setahun lulus SMA atau pada tahun pertama dia kuliah di ITB yang ditinggalkannya. Habibie bersekolah di Jerman pada awalnya dengan biaya mandiri dari bisnis orang tuanya, yakni ibundanya karena semenjak umur 12 tahun ditingal wafat ayahandanya.

Sikap egaliter ini tercermin jelas pada Habibie ketika jadi presiden. Selain membebaskan kehidupan pers dari kontrol negara, sikap ini tercermin dari pihak yang ingin mengoloknya melalui humor. Jurnalis yang saat itu meliput politik, apalagi yang menulis berita seputaran kegiatan Presiden BJ Habibie di Istana Negara, pasti tahu akan kisah-kisah lucu itu. Termasuk kisah konyol para dari pembantunya, yakni para menterinya.

Salah satu humor itu adalah kisah kunjungan BJ Habibie ke sebuah pesantren di Madura. Seingat penulis kisah ini pertama kali yang memuatnya adalah Koran Jawa Pos, yang kala itu Pmrednya dijabat Dahlan Iskan. Jawa Post saat itu koran 'raksasa dari Jawa Timur' yang sangat berpengaruh. Humor santri versus Habibie itu begini:

Pada suatu waktu di kurun masa kepresideannya, BJ Habibie berkunjung ke sebuah pesantren yang mempunya sekolah umum, yakni Madrasah Ibtidaiyah (MI). Rombongan presiden datang disambut oleh para santri yang berbaris di lapangan yang ada di depan pesantren.

Kebetulan di pesantren dan madrasah itu tengah diselenggarakan upacara bendera. Kemudian Presiden BJ Habibie mengikuti ikut upacara bendera tersebut. Dia menjadi pembina upacara. Jalannya upacara bendera itu pun berjalan dengan lancar. Tak ada kejadian yang unik atau aneh yang menarik mata para wartawan.

Namun, suasana 'khusuk' itu langsung berubah seusai upacara. Apalagi kemudian kala itu BJ Habibie berpidato sembari membuat semacam kuis. Bagi santri yang bisa menjawab pertanyaanya akan dapat hadiah sepatu. Maka santri menyambutnya dengan semangat dan tepukan tangan membahana.

Berbagai jenis pertanyaan diajukan kepada para santri. Mereka pun sigap dan mampu menjawabnya. Namun, keunikan segera terjadi ketika BJ Habibie mengajukan pertanyaan mengenai tinggi tiang bendera yang berada di tengah lapangan di depan pesantren.

“Ayok, siapa yang bisa menjawab pertanyaan Bapak, hadiahnya sepatu. Berapa tinggi tiang bendera itu?” tanya Habibie sembari menunjuk tiang bendera yang berdiri tak jauh dari podium tempatnya bicara.

Sesaat para santri terdiam. Suasana menjadi hening. Namun kemudian ada seorang santri dengan tubuh mungil mengacungkan tangan. Presden BJ Habibie segera memanggilnya untuk maju ke depan mendekatnya. Santri itu pun menurut.

''Coba nak berapa tinggi tiang bendera itu,'' tanyanya lagi kepada si santri yang bertubuh mungil itu.

Pertanyaan Habibie tak langsung dijawab dengan kata-kata. Santri kemudian malah berlari menuju tiang bendera. Sesampai di tiang itu, dia dengan percaya diri sekali segera memanjatnya ke atas hingga pucuk sembari membawa alat ukur. Rupanya disakunya saat itu tersimpan alat ukur.

Nah, setelah sampai ke pucuk dengan cara memanjat, santri itu pun turun dan segera menuju ke podium tempat BJ Habibie bicara.

''Tinggi tiang bendera sepuluh meter bapak Presiden,'' kata santri itu.

BJ Habibie tersenyum seraya mengatakab bagus pada santri yang ternyata pintar manjat tersebut..

“Eh, kamu pinter sekali dan pemberani,” puji Habibie dengan gaya khasnya. “Tapi kenapa kamu susah-susah naik tiang bendera? Kan bisa diturunkan dulu, biar tidak berbahaya dan tidak capek?” lanjutnya.

Santri yang juga murid madrasah dengan polos dan percaya diri menjawab singkat tapi mengena sekaligus mengejutkan pada hadirian. “Kalau tiang bendera itu diturunkan, namanya bukan tinggi, tapi panjang. Bapak Presiden kan tanya soal tinggi tiang bendera, jadi saya naik," tukas santri tangkas.

Mendengar jawaban spontan dari santri yang tak terduga, semua hadirin tertawa dan bertepuk riuh. Maka Habibie langsung memberikan hadiah kuis yang berupa sepatu itu,

"Kamu memang pintar nak. Ini sepatunya, bisa langsung dipakai,” kata Habibie sembari lagi-lagi memuji si santri mungil dengan sikap kesatria itu. Sekali lagi semua orang yang hadir bertepuk tangan. Si santri pun gembira karenapselain semoat bertatap muka dengan presiden, dia juga mendapat hadiah sepatu baru.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image