Humor Istilah Krismon dan Founding dari KH Alawi dari Sampang di Akhir Masa Orde Baru
Siapa tak kenal almarhum KH Alawi Muhammad pada akhir pemerintahan Orde Baru. Kiai ini adalah tokoh ulama Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang berasal Madura. Tepatnya, berasal dari Pondok Pesantren Attaroqi, Sampang, Jawa Timur. Pondok pesantrennya berada di desa Karongan, sekitar dua kilometer sebelah utara kota tersebut,
Sosok KH Alawi Muhammad saat itu melambung ketika dia memimpin penolakan pembangunan waduk Nipah Sampang yang bermasalah. Tanah warga dibayar sangat murah. Warga tak terima dan menolak. Konon uang ganti rugi atas tanah per meternya seharga semangkok bakso di Jakarta.
Klimaksnya pada tanggal 25 September 1993, ketika Tim pengukur tanah dengan didampingi 20 aparat Polres dan Kodim melakukan pengukuran tanah di desa Planggran Barat. Dengan meneriakkan yel-yel para penduduk delapan desa mendesak Tim pengukur untuk menghentikan proses pengukuran. Dan, guna membubarkan protes petani delapan desa aparat Polres dan Kodim melepaskan tembakan peringatan.
Meski ada rentetan tembakan, para petani petani dari delapan desa yang menjadi lokasi waduk tetap mendesak maju ke lokasi pengukuran, Maka, kini aparat Polres dan Kodim melepaskan rentetan tembakan sungguhan. Akibat rentetan tembakan ini empat orang menjadi korban. Imbas adanya empat orang tewas mengundang perhatian masyarakat luas. Di sinilah KH Alawi Muhammad tampil sebagai pembela gigih rakyat atas insiden itu.
Maka sejak itulah, nama KH Alawy melambung. Apalagi dia adalah juga seorang politisi partai yang menjadi oposisi penguasa, yakni PPP. Maka dia pun kerap muncul di Jakarta, terutama di kantor pusat PPP yang berada di bilangan Jl Diponegoro, Menteng.
Pembawaanya yang lucu khas Madura membuat KH Alawi gampang akrab dengan siapa saja. Berbagai joke unik keluar darinya yang kadang memang terkesan sok tahu. Hal itu misalnya terjadi dalam rapat DPP PPP yang kala itu membahas mengenai 'Krismon' (krisis moneter).
''Jangan khawatir. Apa itu krismon itu. Kami di Madura siap melawan krismon. Bahkan siap melawan sampai mati,'' kata KH Alawi dengan penuh semangat. Orang-orang yang ikut rapat terperangah. Namun kemudian mereka sadar bila Kiai Alawi belum paham akan sosok yang bernama 'Krismon' itu. Kepadanya diterangkan bahwa krismon itu bukan massa, tentara, atau berupa musuh yang nyata sebagai manusia. Setelah diterangkan KH Alwi pun mengangguk-angguk sembari tertawa.''Oh gitu,'' katanya.
Dan berkat KH Alawi, kala itu pun pesantren mulai akrab dengan istilah 'founding' atau penyandang dana. Dan memang sejak saat itu --dan juga berkat Gus Dur -- kalangan pesantren mukai akrab dengan pembuatan proposal. Maka para santri dan kiai selaku pondok pesantren mulai kenal istilah 'moderen' (bahasa Inggris) terkait pembiayaan sebuah program atau proyek.
''Kalau founding sih saya kenal dik. Dak rema,'' kata Kiai Alwi ketika diledek para jurnalis apakah kenal denan kosa kata itu.
Alfatikhah untuk kiai yang berani, egaliter, sekaligus lucu ini!