Humor Sufi-Kekuasaan: Kisah Nasrudin Hoja Ketika Dipanggil Penguasa Bengis, Timur Lenk
Politik dan kekusaan sepanjang kurun zaman selalu dibuat lucuan. Dalam kazanah sejarah Islam humor-humor ini dikisahkan dalam kisah sufistik. Estitasnta rupanya kaum sufi ingin berpesan bahwa kekuasaan itu harus dijalankan dengan sangat hati-hati dan amanah. Apalagi seorang penguasa itu layaknya 'Tuhan kecil' di bumi atau wakil Tuhan pada manusia. Di dalam agama Hindu konsep ini identik dengan 'dewa raja', di mana raja itu laksana dewa turun ke bumi.
Salah satu sosok yang sering diidentikan dengan humor kaum sufi itu adalah Nasruddin Hoja. Dia bukan orang dari kawasan Arabaia, tapi kerap digambarkan dengan sosok berserban yang tengah menunggang keledai.
Nasrudin Hoja itu berasal dari Anatolia di Turki. Kecerdasan otaknya dalam membuat satire membuat geleng-geleng kepada alias takjub. Termasuk kala menyindir penhguasa saat dia hidup: Timur Lenk.
Dan kisah ini cukup asuk akal, sebab kawasan Turki juga pernah disapu pasukan dari gurun gobi yang tak beradab itu. Dalam sejarahnya, konon hanya wilayah tempat tinggal sufi Jalaluddin Rumi di Konya saja yang luput dari serbuan tentara, Ini karena kala hendak menyerbu kota itu, Timur Lenk bermimpi bila tubuhnya bersimbah darah. Maka atas mimoi itu dia batalkan menyerbu Konya.
Pada kisah lain, penyerbuan ke Konya diurungkan karena ada gempa yang membuat Timur Lenk merasa itu sebagai pertanda buruk,
Begini dua kisah humor Nasrudin Hoja soal penguas, yakni Timur Lenk. Kisah ini ada diberbagai buku yang terkait dengan humor Nasrudin Hoja:
1. Gelar Timur Lenk (menyoal kedekatan penguasa yang kerapkali bertingkah seperti 'Tuhan kecil').
Setelah wilayah Anatolia kuasai Timur Lenk, dia mulai mengenal Nasrudin Hoja karena merupakan sufi yang terkenal. Timur Lenk pun kerap memangil Nasrudin ke istana untuk berbincang soal kekuasaannya.
“Nasrudin,” katanya Timur Lenk pada suatu hari, “Setiap khalifah di sini selalu memiliki gelar dengan nama Allah. Misalnya: al-Muwaffiq Billah, al-Mutawakkil Alallah, al-Mu’tashim Billah, al-Watsiq Billah, dan lain-lain. Menurutmu, apakah gelar yang pantas untukku ?”
Mendengar pertanyaan Timur Lenk yang tak terduga ini, Nasrudin pun sesaat terdiam dan berpikir keras. Sebab, pertanyaan ini sangat sulit dijawab. Apalagi dia tahu persis, bila Timur Lenk adalah penguasa dan pemimpin bala tentara yang bengis. Timur Lenk bisa bertindak buruk kepadanya bila tak puas atas jawabannya.
Namun kebimbangan Nasrudin hanya berlangsung sesaat. Tak lama kemudian dia telah menemukan jawabannya.
“Saya kira, gelar yang paling pantas untuk Anda adalah Naudzu-Billah (Aku berlindung kepada Allah,red) saja,'' jawabnya tenang. Timur Lenk mengangguk-angguk setuju. Nasrudin pun senang.
2. Timur Lenk di Akhirat (Nasib penguasa setelah mati)
Tak puas dengan pilihan pemberian gelar sebagai pemimpin 'Naudzu Billah' dari Nasrudin Hoja, Timur Lenk kemudian meneruskan perbincangan soal kekuasaannya. Dia kemudian bertanya:
“Hei Nasrudin! Menurutmu, di manakah tempatku di akhirat. Bagaimana ini menurut kepercayaan atau agamamu ? Apakah aku ditempatkan bersama orang-orang yang mulia atau yang hina dina...?”, Timur Lenk bertanya kembali.
Lagi-lagi Nasrudin kembali sesaat tercenung. Dia kembali berfikir keras. Dia tahu risikonya bila salah menjawab pertanyaan Timur Lenk ini. Otaknya yang cerdas segera mencari jawaban hingga menemukan jawaban yang unik dan sederhana.
“Begini, raja penakluk seperti Anda, Insya Allah akan ditempatkan bersama raja-raja dan tokoh-tokoh yang telah menghiasi sejarah pula,” jawab Nasrudin singkat.
Dan benar, mendengar jawaban tersebut Timur Lenk merasa sangat puas. Bahkan wajahnya tampak berseri-seri gembira.
“Betulkah itu, Nasrudin ?”, tanya Timur Lenk kembali setelah mendengar pernyataan Nasrudin Hoja.
''Ya, Saya yakin itu yang mulia Timur Lenk. Saya yakin paduka akan ditempatkan bersama para Fir'aun dari Mesir, raja Namrudz dari Babilonia, Kaisar Nero dari Romawi, dan tentu juga bersama leluhur yang mulia, Jengis Khan,'' jawab Nasrudin tangkas.
Uniknya, mendengar jawaban tersebut lagi-lagi Timur Lenk terlihat sangat gembira. Ada kepuasan di wajahnya. Maka, Nasrudin pulang dengan membawa banyak hadiah yang berharga.