Modest Modestovich Bakunin: Orang Rusia dalam Perang Lombok, 1893-1894
![Modest Modestovich Bakunin.](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/6wn3ze8klu.jpg)
Dunia sekarang sedang menyorot VLADIMIR PUTIN, Presiden Rusia kelahiran St. Petersburg 7 Oktober 1952 yang konon terpancur ke dunia dari rahim seorang wanita yang dalam keadaan sekarat hampir dikubur secara massal oleh pasukan Hitler di tahun 1940an. Bagi kebanyakan orang Indonesia, mungkin konflik Rusia-Ukraina yang sedang terjadi terasa jauh, dapat dikesan dari tidak adanya demo solidaritas untuk rakyat Ukraina sebagaimana sedang terjadi di banyak kota Eropa dan Amerika (termasuk Amerika Latin).
Akan tetapi postingan ini ingin mengungkapkan satu kisah tentang kehadiran Rusia di Nusantara, yang mungkin tidak banyak diketahui oleh orang Indonesia kini.
Mungkin di kalangan sejarawan Indonesia ada yang mengenal nama Konsul Rusia di Hindia Belanda (1894-1899), Modest Modestovich Bakunin. Ia menjadi terkenal, terkait dengan Indonesia, karena telah menulis sebuah buku dalam bahasa Rusia yang berjudul “Tropiceskaia Gollandia. Piat’s let na ostrove Iave [Tropical Holland: Five Years on the Island of Java] (St. Petersburg: Tip. A. S. Suvorina, 1902).
Saya yakin tak banyak orang Indonesia, juga kalangan sejarawan, yang mengenal buku ini. Buku ini memaparkan pandangan Bakunin tentang Pulau Jawa dan imperialisme Belanda di Nusantara (dengan demikian juga dapat dianggap sebagai representasi dari pandangan kekaisaran Rusia di akhir abad ke-19) tentang kawasan ini.) Saya tidak tahu apakah Jurusan Rusia FIB Universitas Indonesia pernah memiliki rencana untuk menerjemahkan buku ini (yang tersedia di Leiden University Library) ke dalam bahasa Indonesia. Atau mungkin buku ini sudah pernah diterjemhkan ke dalam bahasa Indonesia? Jika belum, saya kira buku ini, satu sumber langka Rusia tentang Indonesia, perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. (Mengenai BAKUNIN, lihat misalnya: Karen A. Snow, “A Russian Consul in The Dutch East Indies (1894-1899: South East Asia through Rusian Eyes”, Russian Histoy/Historie Russe, 31, Nos. 1-2 (Spring-Summer 2004): 61-82.
Tapi dalam kesempatan ini saya belum hendak membicarakan M.M. BAKUNIN lebih lanjut. Saya justru ingin membicarakan seorang RUSIA lainnya yang, sampai batas tertentu, mungkin dapat dianggap berjasa bagi bangsa Indonesia. Orang ini sedikit lebih dahulu mengenal dunia Melayu daripada BAKUNIN. Dia adalah: WASILIE PANTELEIWONOWITCH MALYGIN.
Dalam sumber-sumber tertulis Belanda dan Melayu nama MALYGIN ditulis dengan beberapa variasi. Penulisan di atas jelas sudah mengalami pembaratan/pembelandaan pula. Kata ‘WASILIE’ jelas berasal dari kata ‘VASILY’, dan nama tengahnya, ‘PANTELEIMONOWITCH’, jelas dari kata Rusia ‘PANTELYMONOVICH’.
Nama akhir orang ini ditulis bervariasi: ‘MALYGIN’, ‘MALIGIN’, ‘MAMALIGÈ’, ‘MALINGAN’, dan oleh kalangan tentara Hindia Belanda nama akhirnya dieja ‘MALLEJAN’.
Siapakah gerangan W.P. MALYGIN?
MALYGIN adalah seorang pengembara cum pedagang Rusia yang pergi jauh sampai ke Asia Tenggara. Selama beberapa tahun lamanya (tampaknya sejak awal 1900an), ia menetap dan berdagang di Singapura. MALYGIN berasal dari Bessarabië yang kini masuk wilayah negara Moldova. Saya belum menemukan maklumat kapan persisnya dia dilahirkan.
Tahun 1894, Belanda menyerang Lombok, sebagai ekoran dari perseteruan antara orang Sasak dengan penguasa Kerajaan Karang Asem, Bali, sejak 1891. Ternyata Raja Lombok tak begitu gampang ditaklukkan. Akan tetapi, musuh tampaknya memiliki persenjataan yang lebih baik. Raja Lombok mencari akal untuk mendapatkan senjata. Ia lalu mengirim utusannya (emissary) yang bernama HADJI ABDULRACHMAN ke Singapura pada 1892, bandar penting di dunia Melayu dan pusat perdagangan utama di kawasan ini yang berada di bawah pentadbiran Inggris. Sang utusan membawa banyak uang untuk dibelikan senjata. Konsul Belanda di Singapura yang memata-matainya melaporkan bahwa Hadji Abdulrachman membeli dua kapal uap (steamships), berhubungan dengan pelaut Inggris, dan didampingi oleh seorang pengacara (lawyer). Ketika salah satu dari dua steamships yang dibelinya itu berlayar balik ke Lombok, otoritas kolonial Belanda menahan kapal itu dan menyita isinya, termasuk senjata yang sudah dibeli.
Kegagalan ini tidak mengecilkan hati Raja Lombok dan membuatnya menyerah. Ia mengulangi lagi usaha untuk mendapatkan senjata untuk melawan Belanda. Ia tetap berhubungan dengan lawyer Singapura itu, yang bernama J.C. Mitchell. Masih dalam tahun 1892, atas nama Raja Lombok, Mitchell mengajukan petisi kepada Pemerintahan the Straits Settlements agar menyetop tindakan Batavia (Pemerintahan Hindia Belanda) yang menahan kapal kliennya. Akan tetapi petisi itu tidak sukses. Pemerintahan Kolonial Inggris tidak dapat menekan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, bermakna Mitchell tidak berhasil menolong kliennya (Raja Lombok).
Gagal melalui jalur hukum legal, Raja Lombok tak kehabisan akal. Ia kemudian berhasil memperoleh kontak dengan seorang ‘adventurer’ dan pedagang senjata asal Rusia di Singapura: dia tiada lain adalah: VASILY PANTELYMONOVICH MALYGIN.
Bagai Putin yang tak gentar apapun, pada bulan April 1893 MALYGIN berlayar ke Lombok dengan sebuah junk Cina yang dibelinya, yang penuh dengan muatan senjata, amunisi, dan bahan peledak, untuk disetorkan kepada Raja Lombok. Tapi malang bagi MALYGIN, pelayaran itu berakhir dengan bencana. Kapalnya memasuki wilayah laut di dekat Pulau Bali yang diawasi ketat oleh Belanda. MALYGIN dan kapalnya dicokok dan semua muatan kapalnya dirampas oleh Belanda (lihat: Yon Mung Cheong, ‘The Indonesian Revolustion and the Singapore Connection, 1945-1949’, Leiden: KITLV Press, 2003: 10-11). Sekali lagi, Raja Lombok gagal mendapatkan senjata untuk melawan kuasa asing yang hendak menganekasi kerajaannya.
MALYGIN, orang kampung PUTIN itu, akhirnya meringkuk dalam tahanan otoritas kolonial Hindia Belanda. Ia dibawa ke Surabaya dan diadili di sana. Adventurer Rusia kelahiran Bessarabië Moldova itu dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.
Saya belum tahu kisah MALYGIN selanjutnya. Apakah ia masih hidup sampai akhir masa penahanannya di penjara Hindia Belanda atau meninggal dalam penjara? Kapan ia meninggal. Bagi sahabat netizens yang mengetahui, mohon kiranya menambahkan informasi untuk melengkapi cerita petualang Rusia yang terkait dengan sejarah orang Lombok ini.
Di Zaman PKI lagi naik daun di Indonesia (1960an), MALYGIN dijadikan simbol persahabatan Uni Soviet – Indonesia. Saya pernah membaca sanjungan setinggi langit terhadapnya yang ditulis oleh seorang simpatisan PKI di majalah BINTANG MERAH.
Kisah MALYGIN yang lebih lengkap kiranya perlu ditelusuri dan ditulis oleh sejarawan kita. Dan siapa tahu di Lombok nanti akan kita temukan jalan dengan nama: JALAN VASILY PANTELYMONOVICH MALYGIN, sebagai tanda kecil persahabatan Rusia dengan Indonesia.
Leiden, Minggu 27 Februari 2022
Penulis: Dr. Suryadi, dosen Universiteit Leiden.
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/b33074a3bb9e0152444af39cb7720ee0.jpeg)