Budaya

Harga Gorengan Mulai Naik: Rakyat Kecil Mulai Pasrah dan Menyiasati Kelangkaan Minyak Goreng

Panen padi melimpah selamatkan petani di desa dari keributan kelangkaan minyak goreng.
Panen padi melimpah selamatkan petani di desa dari keributan kelangkaan minyak goreng.

Kelangkaan dan kenaikkan harga minyak goreng kini sudah berimbas kepada para penjual sayuran dan kebutuhan sehari-hari yang berkeliling kampung di pesir selatan Kebumen, Jawa Tengah. Mereka menaikkan harga hingga Rp 500.

''Gorengan pisang molen misalnya yang kemarin satu bungkus seharga Rp 2.500 kini terpaksa naik menjadi Rp 3.000. Pedagang di pasar tempat saya kulakan mengatakan harga naik, karena minyak goreng langka. Masih susah di dapat. Bahkan, minyak goreng curah yang biasanya kami jajakan keliling kampung juga tak ada di pasar tadi pagi,'' kata Suliah, pedagang makanan dan sayuran yang sehari-hari menjajakan dagangannya ke luar masuk kampung, Rabu (23/2/2022).

Suliah mengatakan meski harga makanan menjelang Ramadhan ini 'berubah' harganya pihaknya masih sedikit tentram. Hal ini karena panen padi hari ini cukup baik. Lahan sawahnya tidak kebanjiran akibat puso terendam air banjir.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

''Saya masih bersyukur meski harga-harga naik, saya masih punya persedian beras di rumah. Panen padi kali ini lumayan bagus. Tak ada hama,'' ungkapnya.

Penjual kerupuk keliling kampung, Sunardi, juga mengakui hal yang sama dengan Suliah. Ia mengatakan akibat minyak goreng langka selama dua pekan terakhir dia berhenti jualan memasok krupuk di kampung-kampung. Untuk minyak goreng curah yang biasanya dipakai untuk menggoreng kerupuk, juga belum dia temukan.

"Mau pakai minyak kemasan harganya mahal kan Pak? Lagi pula barangnya juga terbatas. Ibu-ibu di kampung-kampungng juga mengeluhkan hal yang sama seperti saya. Jadi serba salah mas, kalau tidak jualan kami tak makan, tapi kalau jualan bahan baku kerupuk yakni minyak goreng juga mahal dan malah belum terlalu banyak. Kalau nekad untungnya tipis banget dan malah merugi,'' tegas Sunardi.

Menyiasati kelangkaan ini, rakyat kecil yang ada di desa-desa juga mulai menyiasati keadaan. Mereka kini mengurangi mengkonsumsi minyak goreng. Penganan dan lauk-pauk yang biasanya digoreng kini mulai banyak yang dikukus. Ikan goreng hingga tempe goreng mulai dikukus. Dan syukurnya, memasak makanan dengan cara itu juga tak kalah lezat.

''Kalau makan ikan sekarang kami pepes. Begitu juga kalau makan belut yang masih banyak di sawah, kami pepes juga memakai campuran daun kemangi dan 'bluluk' (kelapa yang masih sangat muda dan kecil),'' ujarnya.